Sejak pandemi virus corona, suasana terminal tipe A rajekwesi kabupaten bojonegoro, terlihat sepi. Tidak ada antrean penumpang dan bus seperti biasanya. Hanya ada beberapa toko dan stand agen biro perjalanan yang masih buka.
Sepinya terminal bojonegoro ini, juga dampak kebijakan pemerintah indonesia yang membatasi akses atau perjalanan dari dalam kota menuju daerah tertentu. Terlebih penerapan sistem pembatasan berskala besar atau PSBB dan pembatasan aktifitas masyarakat.
Sejak pandemi cirus corona, pengusaha angkutan bus akap jurusan bojonegoro-denpasar, bagus mengaku. Kesulitan mendapatkan penumpang. Terlebih ketika adanya aturan PSBB.
Penerapan psbb membuat penumpang diwajibkan membawa kelengkapan rujukan bebas covid-19 dari puskesmas maupun dinas kesehatan setempat, beserta surat pengantar dari desa.
Kondisi tersebut membuat omzet jasa travel angkutan bus akap mengalami penurunan hingga 90 persen. Selain itu, harga tiket juga mengalami kenaikan, jika hari biasanya harganya hanya 225 ribu rupiah. Kini naik menjadi 575 ribu rupiah, untuk pemberangkatan bojonegoro-denpasar.
Sejak tanggal 30 april 2020 lalu hingga hari ini, belum ada keberangkatan penumpang dari bojonegoro menuju denpasar. Apabila ada penumpang pun, pengisian seat dalam bus tidak dilakukan sepenuhnya, hanya 50 persen dari jumlah seat sesuai peraturan social distance.
Hal senada juga diungkapkan munadi, pengelola jasa angkutan kendaraan antar provinsi jurusan jakarta dan bogor. Sejak pandemi corona, keberangkatan penumpang sepi. Bahkan, busnya terakhir keberangkatan pada diakhir ramadhan lalu.