NGANJUK - Praktek jual beli tebu diluar pabrik gula, dinilai mengganggu stok dan produksi gula di perusahaan gula lestari patianrowo nganjuk. Pasalnya, dengan beralihnya petani menjual hasil panen tebu diluar pabrik gulan tersebut, membuat hasil produksi gula turun sebesar 25 persen. Bahkan pada tahun 2019 lalu, bumn ini hanya mampu memproduksi giling tebu sebesar 210 ribu ton dari target sebesar 350 ribu ton pertahun.
Pihak pabrik gula lestari patianrowo nganjuk, mengaku resah dan terganggu atas praktek jual beli hasil panen tebu diluar pabrik gula. Sebab, praktek jual beli tebu diluar pabrik gula yang dikenal dengan pok pok an itu, mempengaruhi pasokan bahan baku tebu dari mitra petani tebu.
Menurut basuki, manager tanaman PG lestari nganjuk. Sebelum adanya pok pok an, PG lestari mampu memperoleh bahan baku tebu mencapai 560 ribu ton pertahun. Namun, sejak adanya pok pok an itu, pasokan bahan baku tebu menurun.
Penurunan pasokan, berpengaruh terhadap kinerja dan profitabilitas pabrik gula, sehingga tahun ini capaian giling masih jauh di bandingkan dengan rencana kerja anggaran perusahaan.
Pabrik gula setempat berharap, para petani yang menjadi mitra bisa konsisten untuk memasukkan tebunya ke PG lestari, sehingga tercapainya win win solution.
Sementara syaifudin pemilik usaha pok pok an di wilayah kertosono nganjuk mengaku, sudah 2 tahun ini membuka usaha tersebut. Ia mengklaim usahanya sudah berijin resmi dengan nama PT amanah mulya jaya, dan sudah ijin tera timbangan. Sehingga usahanya bukan ilegal.
Ia mengaku membeli secara tunai tebu petani seharga 66 ribu rupiah perkwintalnya, dan dijual ke sejumlah pabrik gulan maupun non pabrik gula di sejumlah daerah sesuai pesanan.