BOJONEGORO - Seorang warga desa mojodeso, kecamatan kapas, kabupaten bojonegoro, berinovasi membuat cat tembok daur ulang dari limbah pewarna batik. Inovasi ini bertujuan agar dapat mengurangi limbah terhadap lingkungan.
Berkembangnya industri batik, seolah membuat beberapa pihak terlena akan pengolahan limbah batik tersebut. Solusi yang sudah dimunculkan pemerintah dengan pembangunan ipal di dekat titik produksi batik, ternyata bukan menjadikan solusi. Pasalnya, pengadaan ipal memerlukan anggaran yang cukup besar.
Adib nurdiyanto, seorang penggagas ide pengolahan limbah batik di rumah kreatif, desa mojodeso, memperhatikan bahwa perlu adanya pengolahan limbah dari produksi batik agar tidak dibuang begitu saja ke saluran air.
Di rumah kreatif, adib bersama tim nya menampung limbah tersebut dalam jirigen yang kemudian dipadukan dengan 3 bahan lain yang sangat mudah dijumpai di toko-toko bangunan dan harga nya pun murah.
Cat tembok ini pun diberi nama cat tembok dalang (daur ulang) dengan kemasan 1000 ml, uji coba penggunaan cat tembok ini dilakukan oleh tim rumah kreatif pada tembok, paving dan kayu.
Dengan adanya produk turunan ini, adib berharap pengrajin batik bisa mendapat penghasilan tambahan di saat pesanan batik agak sepi.