TUBAN - Bencana kekeringan melanda pemukiman penduduk di perbukitan kapur di kabupaten tuban. Kemarau panjang selama empat bulan ini, menyebabkan warga mengalami krisis air bersih. Akibatnya warga harus mengambil air sumur tengah hutan, yang berjarak dua kilometer.
Beginilah perjuangan warga perbukitan kapur desa jadi, kecamatan semanding, kabupaten tuban, demi mendapat air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedikitnya tiga kali sehari mereka harus berjalan kaki dua kilometer, untuk mengambil air sumur di tengah hutan jati milik perhutani.
Aktifitas ini, dilakukan warga sejak dua bulan terakhir. Kemarau panjang membuat sumur-sumur di perkampungan kering kerontang. Dalam sehari, warga bisa bolak-laik sebanyak tiga kali, untuk mengambil air menggunakan jurigen.
Sumur tua ini, menjadi sumber air bersih terdekat. Meski sedikit lelah, namun, warga rela dari pada harus membeli air seharga rp150.000 per tangki berkapasitas 5000 liter. Sebab, uang sangat berharga bagi mereka yang hanya mengandalkan penghasilan dari manjual hasil ladang.
Menurut warga, sumur di rumah warga saat ini kondisiya mengering. Untuk itu, mereka rela jauh-jauh mengambil air, untuk kebutuhan minum dan memasa.
Hingga kini, belum ada bantuan air bersih dari pemerintah maupun pihak swasta. Tak hanya air bersih untuk masak dan minum, warga juga membutuhkan air untuk mencuci pakaian.
Hingga kini, tercatat dua belas desa dari lima kecamatan di wilayah kabupaten tuban, mengalami kekeringan. Diantaranya kecamatan semanding, grabagan, montong, parengan, dan kecamatan senori. Jumlah ini, diprediksi masih akan terus bertambah, mengingat musim kemarau masih panjang. Terlebih data tahun sebelumnya, kekeringan tercatat melanda lima puluh lima desa.
Beginilah perjuangan warga perbukitan kapur desa jadi, kecamatan semanding, kabupaten tuban, demi mendapat air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedikitnya tiga kali sehari mereka harus berjalan kaki dua kilometer, untuk mengambil air sumur di tengah hutan jati milik perhutani.
Aktifitas ini, dilakukan warga sejak dua bulan terakhir. Kemarau panjang membuat sumur-sumur di perkampungan kering kerontang. Dalam sehari, warga bisa bolak-laik sebanyak tiga kali, untuk mengambil air menggunakan jurigen.
Sumur tua ini, menjadi sumber air bersih terdekat. Meski sedikit lelah, namun, warga rela dari pada harus membeli air seharga rp150.000 per tangki berkapasitas 5000 liter. Sebab, uang sangat berharga bagi mereka yang hanya mengandalkan penghasilan dari manjual hasil ladang.
Menurut warga, sumur di rumah warga saat ini kondisiya mengering. Untuk itu, mereka rela jauh-jauh mengambil air, untuk kebutuhan minum dan memasa.
Hingga kini, belum ada bantuan air bersih dari pemerintah maupun pihak swasta. Tak hanya air bersih untuk masak dan minum, warga juga membutuhkan air untuk mencuci pakaian.
Hingga kini, tercatat dua belas desa dari lima kecamatan di wilayah kabupaten tuban, mengalami kekeringan. Diantaranya kecamatan semanding, grabagan, montong, parengan, dan kecamatan senori. Jumlah ini, diprediksi masih akan terus bertambah, mengingat musim kemarau masih panjang. Terlebih data tahun sebelumnya, kekeringan tercatat melanda lima puluh lima desa.