BOJONEGORO - Sebuah situs budaya makam kalang, dikawasan hutan jati milik perhutani kecamatan malo, kabupaten bojonegoro, kondisinya kini sangat memprihatinkan. Situs yang diprediksi peninggalan zaman megalitikum tersebut, kini tidak utuh lagi dan ditumbuhi semak belukar.
Beginilah kondisi situs budaya makam kalang yang berlokasi di kawasan hutan jati perhutani di kecamatan malo, kabupaten bojonegoro. Kondisi situs budaya wong kalang tersebut, saat ini cukup memprihatinkan karena tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar.
Suku kalang atau wong kalang, adalah salah satu suku di masyarakat jawa. Mereka hidup di era megalitikum atau ada sejak zaman kerajaan-kerajaan nusantara. Tetapi karena suatu hal. Mereka dikucilkan oleh masyarakat mayoritas pada saat itu. Pengucilan tersebut yang mengawali disebutnya kata kalang.
Camat malo, djamari mengungkapkan, di kawasan hutan di wilayah kecamatan malo, terdapat 9 situs makam wong kalang, yang terbagi di 2 wilayah atau desa, yakni 7 situs makam berada di kawasan hutan jati turut wilayah desa tanggir dan 2 situs lainnya berada di hutan jati turut wilayah desa trembes.
Djamari menjelaskan, ciri khas makam wong kalang yaitu adanya kubur batu yang merupakan tradisi masyarakat pada era megalitikum. Menurutnya, saat itu proses pemakaman dilakukan dengan cara dikubur dan kemudian dikelilingi atau dipagar dengan batu-batu lempengan dan ditutup hingga bentuknya menyerupai keranda atau peti.
Sementara itu, kepala dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten bojonegoro, budiyanto mengatakan. Sebelumnya makam kalang ini sudah pernah di lakukan penelitian oleh balai arkeologi yogyakarta pada tahun 1979, dan dilakukan penggalian pada tahun 1982.
Sementara dari dinas kebudayaan dan pariwisata juga melakukan upaya tahun 2017, yang saat itu bekerja sama dengan balai pelestarian cagar budaya jawa timur dan ugm yoyakarta, melaksanakan survey dan zonasi di desa tangir kecamatan malo.
Ke depan, setelah dilakukan zonasi. Pihaknya merencanakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka menggali sejarah bojonegoro lebih luas dan juga sebagai destinasi wisata hetitage. Sehingga diharapkan dapat mengembangkan destinasi wisata sejarah dan budaya di kabupaten bojonegoro.
Beginilah kondisi situs budaya makam kalang yang berlokasi di kawasan hutan jati perhutani di kecamatan malo, kabupaten bojonegoro. Kondisi situs budaya wong kalang tersebut, saat ini cukup memprihatinkan karena tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar.
Suku kalang atau wong kalang, adalah salah satu suku di masyarakat jawa. Mereka hidup di era megalitikum atau ada sejak zaman kerajaan-kerajaan nusantara. Tetapi karena suatu hal. Mereka dikucilkan oleh masyarakat mayoritas pada saat itu. Pengucilan tersebut yang mengawali disebutnya kata kalang.
Camat malo, djamari mengungkapkan, di kawasan hutan di wilayah kecamatan malo, terdapat 9 situs makam wong kalang, yang terbagi di 2 wilayah atau desa, yakni 7 situs makam berada di kawasan hutan jati turut wilayah desa tanggir dan 2 situs lainnya berada di hutan jati turut wilayah desa trembes.
Djamari menjelaskan, ciri khas makam wong kalang yaitu adanya kubur batu yang merupakan tradisi masyarakat pada era megalitikum. Menurutnya, saat itu proses pemakaman dilakukan dengan cara dikubur dan kemudian dikelilingi atau dipagar dengan batu-batu lempengan dan ditutup hingga bentuknya menyerupai keranda atau peti.
Sementara itu, kepala dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten bojonegoro, budiyanto mengatakan. Sebelumnya makam kalang ini sudah pernah di lakukan penelitian oleh balai arkeologi yogyakarta pada tahun 1979, dan dilakukan penggalian pada tahun 1982.
Sementara dari dinas kebudayaan dan pariwisata juga melakukan upaya tahun 2017, yang saat itu bekerja sama dengan balai pelestarian cagar budaya jawa timur dan ugm yoyakarta, melaksanakan survey dan zonasi di desa tangir kecamatan malo.
Ke depan, setelah dilakukan zonasi. Pihaknya merencanakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka menggali sejarah bojonegoro lebih luas dan juga sebagai destinasi wisata hetitage. Sehingga diharapkan dapat mengembangkan destinasi wisata sejarah dan budaya di kabupaten bojonegoro.