Reporter: Saiful Mualimin |
JOMBANG - Harga telur di tingkat peternak di jombang terjun hingga kisaran harga 15.500 rupiah perkilogramnya. Penurunan harga ini diduga akibat pandemi corona yang menyebabkan daya beli masyarakat turun. Belum lagi adanya penjualan telur infertil untuk konsumsi dari perusahaan breeding yang semestinya ditetaskan.
Penurunan harga telur ini dirasakan sejumlah peternak ayam petelur di desa grogol, kecamatan diwek, jombang. Turunnya harga telur saat sudah menyentuh di kisaran 15.500 perkilogram.
Dengan jumlah ayam mencapai 60 ribu ekor, kerugian peternak berkisar tiga juta rupiah perhari.
Sebab, harga telur tidak seimbang dengan harga pakan yang mengalami kenaikan hingga 13 ribu rupiah perzak. Apalagi harga jual saat ini jauh di bawah harga break event poin sebesar 18.000 rupiah perkilogram.
Muhamad nasir salah satu peternak mengatakan. Kondisi ini disebabkan sepinya pasar dan sepinya permintaan disebabkan pandemi corona. Selain itu juga disebabkan banyaknya telur infertil dari perusahaan breeding yang dijual untuk konsumsi, dengan banting harga jauh di bawah harga pasar. Padahal, semestinya telur infertil tidak boleh dijual untuk konsumsi, karena hanya untuk ditetaskan.
Dengan kondisi ini, peternak berharap pemerintah turun tangan, agar telur peternak bisa terjual dengan harga normal. Sehingga peternak tidak mengalami kerugian semakin besar.
Penurunan harga telur ini dirasakan sejumlah peternak ayam petelur di desa grogol, kecamatan diwek, jombang. Turunnya harga telur saat sudah menyentuh di kisaran 15.500 perkilogram.
Dengan jumlah ayam mencapai 60 ribu ekor, kerugian peternak berkisar tiga juta rupiah perhari.
Sebab, harga telur tidak seimbang dengan harga pakan yang mengalami kenaikan hingga 13 ribu rupiah perzak. Apalagi harga jual saat ini jauh di bawah harga break event poin sebesar 18.000 rupiah perkilogram.
Muhamad nasir salah satu peternak mengatakan. Kondisi ini disebabkan sepinya pasar dan sepinya permintaan disebabkan pandemi corona. Selain itu juga disebabkan banyaknya telur infertil dari perusahaan breeding yang dijual untuk konsumsi, dengan banting harga jauh di bawah harga pasar. Padahal, semestinya telur infertil tidak boleh dijual untuk konsumsi, karena hanya untuk ditetaskan.
Dengan kondisi ini, peternak berharap pemerintah turun tangan, agar telur peternak bisa terjual dengan harga normal. Sehingga peternak tidak mengalami kerugian semakin besar.