Reporter: M. Ramzi |
MAGETAN - Namanya hartono. Tinggal di desa sidokerto, kecamatan sidorejo, kabupaten magetan. Pria umur 35 tahun ini, hanya bisa terbaring di tempat tidur. Penyakit gangguan syaraf, yang dialami sejak kecil, membuatnya tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terbaring di atas kasur.
Pertumbuhan tubuhnya juga tidak normal, hanya tinggal tulang dan kulit. Organ tubuhnya pun tidak bisa digerakkan. Anak semata wayang pasangan suami istri, suri dan waginem ini, terindikasi menderita penyakit syaraf sejak kecil.
Waginem menceritakan, saat lahir di rumah sakit magetan, masih normal. Beberapa hari selanjutnya, ia mengalami kejang-kejang. Sempat menjalani perawatan di rumah sakit, magetan, madiun, solo hingga semarang. Namun kondisinya tetap tidak membaik.
Kondisi ekonomi keluarga, yang hanya petani dan buruh tani, membuat mereka pasrah. Hanya bisa merawat anak semata wayangnya,di tempat tidur dengan penuh kasih sayang. Jangankan berobat, keinginan membelikan kursi roda bagi sang anak, hingga saat ini belum juga terealisasi.
Keluarga ini, sudah masuk daftar penerima bantuan dari kementrian sosial ri, 200 ribu per-bulan. Namun bantuan itu, hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk membelikan susu sang anak. Dalam hati kecilnya, suri dan waginem, berharap anaknya bisa diobati, dan bisa normal.
Pertumbuhan tubuhnya juga tidak normal, hanya tinggal tulang dan kulit. Organ tubuhnya pun tidak bisa digerakkan. Anak semata wayang pasangan suami istri, suri dan waginem ini, terindikasi menderita penyakit syaraf sejak kecil.
Waginem menceritakan, saat lahir di rumah sakit magetan, masih normal. Beberapa hari selanjutnya, ia mengalami kejang-kejang. Sempat menjalani perawatan di rumah sakit, magetan, madiun, solo hingga semarang. Namun kondisinya tetap tidak membaik.
Kondisi ekonomi keluarga, yang hanya petani dan buruh tani, membuat mereka pasrah. Hanya bisa merawat anak semata wayangnya,di tempat tidur dengan penuh kasih sayang. Jangankan berobat, keinginan membelikan kursi roda bagi sang anak, hingga saat ini belum juga terealisasi.
Keluarga ini, sudah masuk daftar penerima bantuan dari kementrian sosial ri, 200 ribu per-bulan. Namun bantuan itu, hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk membelikan susu sang anak. Dalam hati kecilnya, suri dan waginem, berharap anaknya bisa diobati, dan bisa normal.