Reporter: M. Ramzi |
MAGETAN - Bisnis rumahan menjadi salah satu bisnis yang bisa bertahan dan mampu menopang ekonomi keluarga, utamanya di saat pandemi covid-19. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh warga magetan yang menggeluti pembuatan batik ecoprint.
Inilah batik ecoprint hasil karya aliffuanna irnilasanti, 30 tahun, warga desa pojoksari, kecamatan sukomoro, kabupaten magetan. Usaha pembuatan batik ecoprint sudah dijalaninya sejak dua tahun terakhir ini.
Batik ecoprint memberi kesan yang berbeda dibanding batik tulis atau batik ciprat. Warna dan motif batik berasal dari warna alami, dari dedaunan, bunga atau ranting.
Meskipun dibilang mudah prosesnya butuh ketelatenan. Awalnya disiapkan kain, dan proses pencetakan, dengan meletakkan daun, bunga, atau ranting yang mengandung pigmen warna. Kemudian kain dilipat dan diikat, untuk selanjutnya masuk pada proses pengukusan. Hingga jadi batik dengan warna alami yang berasal dari daun atau bunga.
Meskipun pandemi covid-19, pemesanan atau penjualan batik ecoprint buatannya, masih cukup stabil. Dalam satu bulan biasanya bisa menjual 20 lembar, atau pada saat pemesanan kolektif, bisa 80 lembar kain batik ecoprint. Harganya dari 200 ribu hingga 1 juta tergantung jenis kain yang dipakai. Tidak hanya kain saja, tapi juga dijual dalam bentuk pakaian, atau baju.
Menurut aliffuanna, selama ini penjualan dilakukan secara online, atau melalui pameran-pameran yang digelar pemerintah atau swasta.
Meskipun terbilang mahal, karena sesuai dengan kualitasnya, akan tetapi peminat batik ecoprint mulai banyak. Selama ini penjualan batik miliknya, tidak hanya magetan saja, tetapi juga ke luar daerah, seperti jakarta, lombok, surabaya dan lainnya.
Inilah batik ecoprint hasil karya aliffuanna irnilasanti, 30 tahun, warga desa pojoksari, kecamatan sukomoro, kabupaten magetan. Usaha pembuatan batik ecoprint sudah dijalaninya sejak dua tahun terakhir ini.
Batik ecoprint memberi kesan yang berbeda dibanding batik tulis atau batik ciprat. Warna dan motif batik berasal dari warna alami, dari dedaunan, bunga atau ranting.
Meskipun dibilang mudah prosesnya butuh ketelatenan. Awalnya disiapkan kain, dan proses pencetakan, dengan meletakkan daun, bunga, atau ranting yang mengandung pigmen warna. Kemudian kain dilipat dan diikat, untuk selanjutnya masuk pada proses pengukusan. Hingga jadi batik dengan warna alami yang berasal dari daun atau bunga.
Meskipun pandemi covid-19, pemesanan atau penjualan batik ecoprint buatannya, masih cukup stabil. Dalam satu bulan biasanya bisa menjual 20 lembar, atau pada saat pemesanan kolektif, bisa 80 lembar kain batik ecoprint. Harganya dari 200 ribu hingga 1 juta tergantung jenis kain yang dipakai. Tidak hanya kain saja, tapi juga dijual dalam bentuk pakaian, atau baju.
Menurut aliffuanna, selama ini penjualan dilakukan secara online, atau melalui pameran-pameran yang digelar pemerintah atau swasta.
Meskipun terbilang mahal, karena sesuai dengan kualitasnya, akan tetapi peminat batik ecoprint mulai banyak. Selama ini penjualan batik miliknya, tidak hanya magetan saja, tetapi juga ke luar daerah, seperti jakarta, lombok, surabaya dan lainnya.