Reporter: Samsul Alim |
BOJONEGORO - Para pelaku usaha mikro kecil menengah, berupaya sekuat tenaga bertahan dari gempuran pandemi covid-19. Salah satu pengusaha yang terus bertahan ialah maisir, pengerajin pelepah pisang atau gedebog asal desa balenrejo, kecamatan balen, kabupaten bojonegoro.
Maisir mengaku dengan mulai merebaknya virus corona pada bulan februari lalu, memang dirasakan sangat memukul umkm yang dimilikanya, dampak terhadap kerajinanya tersebut memang sangat dirasakan, seperti penurunan omset, jumlah produksi, dan pemasaran produk.
Pria yang memulai usahanya pada tahun 2014 lalu tersebut menjelaskan, sebelum adanya pandemi covid-19 dirinya mampu meraup omset antara rp10 juta sampai rp15 juta setiap bulanya, namun ditengah pandemi ia hanya mampu mengantongi rp300 ribu sampai rp600 ribu saja perbulannya.
Menurutnya omzet yang ia dapat, otomatis juga berdampak terhadap kelompok binaanya yang selama ini membantu maisir untuk membuat seluruh produknya. Dari total 27 pegawai binaannya, ia terpaksa mengehentikan sementara produksinya lantaran masih sangat sepi pemesanan.
Meski mengalami penurunan omzet, maisir tetap bertahan dengan segala keterbatasan dan keyakinan yang ada, adanya pandemi yang bisa dikatakan sangat merugikannya, ia tak lantas berserah diri dan pasrah dengan kondisi yang ada, melainkan harus memutar otaknya lebih keras lagi agar tetap bisa bertahan.
Dari bahan pelepah pisang ini ia mampu menyulapnya menjadi 75 item kerajinan tangan, di antaranya tas, songkok, siluet, tempat tisu, topi, figora, kipas, cup lampu, vas bunga, celengan, piring, tali, jam dinding, kursi dan lain-lainya.
Maisir mengaku dengan mulai merebaknya virus corona pada bulan februari lalu, memang dirasakan sangat memukul umkm yang dimilikanya, dampak terhadap kerajinanya tersebut memang sangat dirasakan, seperti penurunan omset, jumlah produksi, dan pemasaran produk.
Pria yang memulai usahanya pada tahun 2014 lalu tersebut menjelaskan, sebelum adanya pandemi covid-19 dirinya mampu meraup omset antara rp10 juta sampai rp15 juta setiap bulanya, namun ditengah pandemi ia hanya mampu mengantongi rp300 ribu sampai rp600 ribu saja perbulannya.
Menurutnya omzet yang ia dapat, otomatis juga berdampak terhadap kelompok binaanya yang selama ini membantu maisir untuk membuat seluruh produknya. Dari total 27 pegawai binaannya, ia terpaksa mengehentikan sementara produksinya lantaran masih sangat sepi pemesanan.
Meski mengalami penurunan omzet, maisir tetap bertahan dengan segala keterbatasan dan keyakinan yang ada, adanya pandemi yang bisa dikatakan sangat merugikannya, ia tak lantas berserah diri dan pasrah dengan kondisi yang ada, melainkan harus memutar otaknya lebih keras lagi agar tetap bisa bertahan.
Dari bahan pelepah pisang ini ia mampu menyulapnya menjadi 75 item kerajinan tangan, di antaranya tas, songkok, siluet, tempat tisu, topi, figora, kipas, cup lampu, vas bunga, celengan, piring, tali, jam dinding, kursi dan lain-lainya.