Reporter: Avrizal Ilmi |
BOJONEGORO - Naiknya harga kedelai import, tak hanya berdampak terhadap produsen tahu dan tempe saja. Di kabupaten bojonegoro, penjual gorengan juga merasakan dampaknya. Kondisi tersebut salah satunya dirasakan oleh bu sri, penjual gorengan di desa ngumpakdalem, kecamatan dander, kabupaten bojonegoro.
Sejak beberapa hari terakhir, ia mengaku mengalami penurunan keuntungan. Pasalnya, naiknya harga tahu dan tempe, tak berbanding lurus dengan harga gorengan yang ia jual.
Bu sri memilih tidak mengurangi atau memperkecil ukuran gorengannya, karena takut kehilangan pelanggan. Kondisi ini membuat keuntungan yang didapat merosot. Meski demikian, ia tetap bersyukur karena gorengan yang ia jual tetap laku seperti biasa.
Para pedagang gorengan berharap, pemerintah segera turun tangan menstabilkan harga kedelai import. Sehingga harga tempe dan tahu sebagai kebutuhan pokok masyarakat untuk lauk, juga stabil.
Sejak beberapa hari terakhir, ia mengaku mengalami penurunan keuntungan. Pasalnya, naiknya harga tahu dan tempe, tak berbanding lurus dengan harga gorengan yang ia jual.
Bu sri memilih tidak mengurangi atau memperkecil ukuran gorengannya, karena takut kehilangan pelanggan. Kondisi ini membuat keuntungan yang didapat merosot. Meski demikian, ia tetap bersyukur karena gorengan yang ia jual tetap laku seperti biasa.
Para pedagang gorengan berharap, pemerintah segera turun tangan menstabilkan harga kedelai import. Sehingga harga tempe dan tahu sebagai kebutuhan pokok masyarakat untuk lauk, juga stabil.