Reporter: M. Ramzi |
MAGETAN - Kenaikan harga kedelai impor memiliki dampak besar bagi para produsen tempe di kabupaten magetan. Seperti yang dirasakan budi haryono, produsen tempe tradisional di desa terung kecamatan panekan kabupaten magetan.
Sejak kenaikan harga kedelai impor yang saat ini mencapai 9.800 per kilogram, ia sudah mengurangi biaya produksinya. Dari awal biasanya menghabiskan 50 kilogram setiap hari, kini hanya tinggal 20 kilogram.
Tidak hanya itu, ia juga merumahkan 5 karyawannya, karena kewalahan untuk menggaji karyawan. Pembuatan tempe ia lakukan sendiri bersama keluarga. Ukurannya pun sedikit dikurangi, agar tidak mengalami kerugian besar.
Keputusan mengecilkan ukuran tempe diambil, karena tidak memungkinkan menaikkan harga tempe, di saat daya beli masyarakat menurun akibat pandemi covid-19.
Kenaikan harga kedelai ini cukup memberatkan baginya. Karena sebelumnya usahanya sudah lesu akibat pandemi covi-19. Ia hanya bisa berharap, ada kebijakan dari pemerintah, agar harga kedelai normal lagi.
Sejak kenaikan harga kedelai impor yang saat ini mencapai 9.800 per kilogram, ia sudah mengurangi biaya produksinya. Dari awal biasanya menghabiskan 50 kilogram setiap hari, kini hanya tinggal 20 kilogram.
Tidak hanya itu, ia juga merumahkan 5 karyawannya, karena kewalahan untuk menggaji karyawan. Pembuatan tempe ia lakukan sendiri bersama keluarga. Ukurannya pun sedikit dikurangi, agar tidak mengalami kerugian besar.
Keputusan mengecilkan ukuran tempe diambil, karena tidak memungkinkan menaikkan harga tempe, di saat daya beli masyarakat menurun akibat pandemi covid-19.
Kenaikan harga kedelai ini cukup memberatkan baginya. Karena sebelumnya usahanya sudah lesu akibat pandemi covi-19. Ia hanya bisa berharap, ada kebijakan dari pemerintah, agar harga kedelai normal lagi.