Reporter: Achmad Syarwani |
NGANJUK - Budidaya porang, kini menjadi salah satu bisnis paling menjanjikan bagi para petani lembaga masyarakat desa hutan atau lmdh di nganjuk. Cocok tanam ubi porang ini, salah satunya dilakukan warga tengah hutan di desa bendosasri, kecamatan bagor, kabupaten nganjuk.
Disini, para petani bekerjasama dengan lmdh dan perhutani untuk mengembangkan budidaya tanaman porang. Saat ini, lmdh arto moro yang diketuai oleh riyanto, menanam porang dilahan perhutani seluas 5 hektar.
Dalam lahan 5 hektar itu, pihaknya bisa memanen sebanyak 100 ton ubi porang. Sementara harga jual ubi porang sekitar 12 ribu rupiah perkilogramnya, sehingga dalam 5 hektar lahan porang dengan hasil panen 100 ton, bisa menghasilkan uang lebih dari 1 miliar rupiah, atau 200 juta lebih perhektarnya.
Dari 1 milair itu, sebagian ia setorkan ke pihak perhutani sebagai pemilik lahan guna pembayaran pajak. Sedangkan selebihnya, ia kelola berasama anggota lmdh lain sebagai petani porang.
Penanaman dan penjualan ubi porang yang mudah, serta biaya perawatan yang rendah, menjadikan budidaya porang kian di gandrungi para petani di kawasan hutan setempat.
Disini, para petani bekerjasama dengan lmdh dan perhutani untuk mengembangkan budidaya tanaman porang. Saat ini, lmdh arto moro yang diketuai oleh riyanto, menanam porang dilahan perhutani seluas 5 hektar.
Dalam lahan 5 hektar itu, pihaknya bisa memanen sebanyak 100 ton ubi porang. Sementara harga jual ubi porang sekitar 12 ribu rupiah perkilogramnya, sehingga dalam 5 hektar lahan porang dengan hasil panen 100 ton, bisa menghasilkan uang lebih dari 1 miliar rupiah, atau 200 juta lebih perhektarnya.
Dari 1 milair itu, sebagian ia setorkan ke pihak perhutani sebagai pemilik lahan guna pembayaran pajak. Sedangkan selebihnya, ia kelola berasama anggota lmdh lain sebagai petani porang.
Penanaman dan penjualan ubi porang yang mudah, serta biaya perawatan yang rendah, menjadikan budidaya porang kian di gandrungi para petani di kawasan hutan setempat.