Reporter: Avrizal Ilmi |
BOJONEGORO - Curah hujan tinggi selama sepekan terakhir, membuat debit air bengawan solo di wilayah kabupaten bojonegoro, terus meningkat hingga berada pada level siaga hijau atau siaga satu banjir.
Kondisi ini berdampak pada ratusan hektar areal tanaman padi yang berada di sekitar bantaran sungai. Tanaman padi yang sudah berumur rata-rata lebih dua bulan atau memasuki masa panen, kini telah rusak. Bahkan sebagian besar diantaranya hampir dipastikan gagal panen.
Kondisi ini, seperti yang terpantau di wilayah desa tulungagung, kadungrejo, lebaksari, tanggungan, gunungsari, dan kalisari, kecamatan boerno, bojonegoro.
Petani setempat mengaku banjir mulai merendam padi sejak dua hari terakhir. Banjir merendam tanaman padi hingga nyaris tak terlihat. Petani terancam rugi jutaan rupiah. Sebab, tanaman padi yang berumur rata-rata 85 hari, kini telah rusak dan bahkan hampir dipastikan mengalami puso atau gagal panen.
Menurut petani, banjir yang terjadi kali ini, adalah yang terbesar selama musim penghujan tahun ini. Hal ini membuat petani meradang. Padi yang terlanjur mereka tanam, kini tak sempat dipanen. Padahal sebelumnya mereka telah menghabiskan banyak modal, terutama saat masa tanam, perawatan, dan pemupukan.
Atas kondisi ini, mereka mengaku hanya dapat pasrah. Sementara, untuk meminimalisir resiko kerugian yang lebih besar. Sejumlah petani berinisiatif, tetap memanen padi yang terendam banjir, meski dengan hasil seadanya, tak lebih dari sepuluh persen dari kondisi normal.
Selain merendam tanaman padi. Banjir di wilayah ini juga mulai menggenangi sejumlah titik jalan desa, terutama yang berlokasi di sekitar bantaran sungai.
Banjir akibat luapan bengawan solo ini, diperkirakan masih akan terjadi dalam dua hingga tiga hari kedepan. Sebab, berdasarkan pantauan bpbd setempat. Debit air bengawan solo di wilayah kabupaten bojonegoro, saat ini masih cukup tinggi, yakni berada pada level siaga hijau.
Kondisi ini berdampak pada ratusan hektar areal tanaman padi yang berada di sekitar bantaran sungai. Tanaman padi yang sudah berumur rata-rata lebih dua bulan atau memasuki masa panen, kini telah rusak. Bahkan sebagian besar diantaranya hampir dipastikan gagal panen.
Kondisi ini, seperti yang terpantau di wilayah desa tulungagung, kadungrejo, lebaksari, tanggungan, gunungsari, dan kalisari, kecamatan boerno, bojonegoro.
Petani setempat mengaku banjir mulai merendam padi sejak dua hari terakhir. Banjir merendam tanaman padi hingga nyaris tak terlihat. Petani terancam rugi jutaan rupiah. Sebab, tanaman padi yang berumur rata-rata 85 hari, kini telah rusak dan bahkan hampir dipastikan mengalami puso atau gagal panen.
Menurut petani, banjir yang terjadi kali ini, adalah yang terbesar selama musim penghujan tahun ini. Hal ini membuat petani meradang. Padi yang terlanjur mereka tanam, kini tak sempat dipanen. Padahal sebelumnya mereka telah menghabiskan banyak modal, terutama saat masa tanam, perawatan, dan pemupukan.
Atas kondisi ini, mereka mengaku hanya dapat pasrah. Sementara, untuk meminimalisir resiko kerugian yang lebih besar. Sejumlah petani berinisiatif, tetap memanen padi yang terendam banjir, meski dengan hasil seadanya, tak lebih dari sepuluh persen dari kondisi normal.
Selain merendam tanaman padi. Banjir di wilayah ini juga mulai menggenangi sejumlah titik jalan desa, terutama yang berlokasi di sekitar bantaran sungai.
Banjir akibat luapan bengawan solo ini, diperkirakan masih akan terjadi dalam dua hingga tiga hari kedepan. Sebab, berdasarkan pantauan bpbd setempat. Debit air bengawan solo di wilayah kabupaten bojonegoro, saat ini masih cukup tinggi, yakni berada pada level siaga hijau.