TUBAN - Di tengah pandemi covid-19, sebagian besar sektor usaha mengalami penurunan pendapatan. Bahkan, tak jarang pelaku usaha yang gulung tikar. Namun, hal itu tidak terlalu berpengaruh pada usaha yang dimiliki lilik setiawan, di dusun kelampok, desa bejagung, kecamatan semanding, kabupaten tuban.
Budidaya hewan jangkrik dengan memanfaatkan lahan kosong di samping rumahnya ini, justru kuwalahan melayani permintaan para pembeli. Bahkan, omzet yang didapatkan pemuda 26 tahun dari bisnis ini mencapai 6,3 juta rupiah perminggunya.
Usaha jangkrik alam atau cliring ini, bermula saat teman-teman lilik yang sebagian besar penghobi burung kicau, kesulitan mencari pakan. Ia kemudian belajar budidaya jangkrik dari seseorang di tulungagung. Setelah itu, ia memberanikan diri beternak sendiri dengan dibantu oleh keluarganya.
Setelah berproses dan berjuang selama 6 bulan, lilik akhirnya merasakan hasil kerja kerasnya dalam beternak jangkrik. Saat ini ia memiliki 21 box kayu yang berisi jangkrik. 3 bok untuk jangkrik indukan, dan 18 bok lainnya untuk pembesaran jangkrik yang siap dipasarkan.
Untuk budidaya jangkrik, bahan yang diperlukan adalah kotak kayu dari triplek, pelepah pisang dan rak bekas telur sebagai rumah jangkrik. Sedangkan untuk pakannya, menggunakan pakan ternak ayam yang dihaluskan terlebih dahulu dan sayuran segar untuk minum.
Dalam membudidayakan jangkrik, proses kawin, bertelur hingga bisa dipanen, memerlukan waktu 40 sampai 50 hari. Saat ini, setiap harinya, lilik mampu menjual 15 bok jangkrik, dengan setiap bok berisi 24 kilogram dengan harga 45 ribu rupiah per kilonya. Sedangkan untuk biaya perawatan, ia hanya mengeluarkan 2,1 juta per minggu.
Sementara ini, jangkrik alam hasil budidaya ini, hanya dijual untuk para pelanggannya di tuban. Namun, kedepan lilik akan terus mengembangkannya bersama keluarganya, agar usaha ini bisa terus berkembang.
Budidaya hewan jangkrik dengan memanfaatkan lahan kosong di samping rumahnya ini, justru kuwalahan melayani permintaan para pembeli. Bahkan, omzet yang didapatkan pemuda 26 tahun dari bisnis ini mencapai 6,3 juta rupiah perminggunya.
Usaha jangkrik alam atau cliring ini, bermula saat teman-teman lilik yang sebagian besar penghobi burung kicau, kesulitan mencari pakan. Ia kemudian belajar budidaya jangkrik dari seseorang di tulungagung. Setelah itu, ia memberanikan diri beternak sendiri dengan dibantu oleh keluarganya.
Setelah berproses dan berjuang selama 6 bulan, lilik akhirnya merasakan hasil kerja kerasnya dalam beternak jangkrik. Saat ini ia memiliki 21 box kayu yang berisi jangkrik. 3 bok untuk jangkrik indukan, dan 18 bok lainnya untuk pembesaran jangkrik yang siap dipasarkan.
Untuk budidaya jangkrik, bahan yang diperlukan adalah kotak kayu dari triplek, pelepah pisang dan rak bekas telur sebagai rumah jangkrik. Sedangkan untuk pakannya, menggunakan pakan ternak ayam yang dihaluskan terlebih dahulu dan sayuran segar untuk minum.
Dalam membudidayakan jangkrik, proses kawin, bertelur hingga bisa dipanen, memerlukan waktu 40 sampai 50 hari. Saat ini, setiap harinya, lilik mampu menjual 15 bok jangkrik, dengan setiap bok berisi 24 kilogram dengan harga 45 ribu rupiah per kilonya. Sedangkan untuk biaya perawatan, ia hanya mengeluarkan 2,1 juta per minggu.
Sementara ini, jangkrik alam hasil budidaya ini, hanya dijual untuk para pelanggannya di tuban. Namun, kedepan lilik akan terus mengembangkannya bersama keluarganya, agar usaha ini bisa terus berkembang.