BOJONEGORO - Kondisi tersebut, seperti yang menimpa para petani cabai merah di desa kepoh, kecamatan kepohbaru, bojonegoro. Intensitas curah hujan tinggi selama dua pekan terakhir, membuat para petani setempat, resah. Hal ini karena sebagian besar tanaman cabai siap panen yang mereka tanam, rusak, terserang hama patek antraknosa.
Dampaknya, hasil panen menjadi merosot. Sebagian besar buah cabai membusuk dan mengering, hingga banyak yang rontok ke tanah.
Sekali petik. Sepetak lahan berukuran 100 meter persegi yang awalnya mampu menghasilkan rata-rata empat karung cabai. Kini hanya mampu menghasilkan tak lebih dari dua karung saja, dan itupun dengan kualitas rendah.
Selain berdampak pada hasil panen hingga turun 50 persen. Rendahnya kualitas buah cabai juga membuat harga cabai di tingkat petani langsung anjlok. Jika dalam kondisi normal harga cabai merah di tingkat petani berada di kisaran tiga puluh ribu rupiah perkilogram, maka kini hanya berada di kisaran sembilan belas ribu rupiah saja per kilogramnya.
Merosotnya hasil panen ini, membuat para petani setempat mengaku rugi jutaan rupiah. Setiap petak lahan berukuran seratus meter persegi, kerugian yang harus ditanggung petani, berkisar antara dua sampai tiga juta rupiah. Hal ini disebabkan tingginya biaya cocok tanam, pemupukan, dan perawatan selama proses masa tanam.
Menghadapi kondisi ini, para petani mengaku pasrah. Guna mengurangi resiko kerugian yang lebih besar, mereka tetap berupaya memanen cabai yang rusak untuk dikeringkan, meski dengan hasil seadanya. Selain itu, mereka juga memilah cabe yang busuk atau terserang hama untuk dibuang agar tidak lagi menular ke buah atau tanaman lain yang masih tersisa.
Dampaknya, hasil panen menjadi merosot. Sebagian besar buah cabai membusuk dan mengering, hingga banyak yang rontok ke tanah.
Sekali petik. Sepetak lahan berukuran 100 meter persegi yang awalnya mampu menghasilkan rata-rata empat karung cabai. Kini hanya mampu menghasilkan tak lebih dari dua karung saja, dan itupun dengan kualitas rendah.
Selain berdampak pada hasil panen hingga turun 50 persen. Rendahnya kualitas buah cabai juga membuat harga cabai di tingkat petani langsung anjlok. Jika dalam kondisi normal harga cabai merah di tingkat petani berada di kisaran tiga puluh ribu rupiah perkilogram, maka kini hanya berada di kisaran sembilan belas ribu rupiah saja per kilogramnya.
Merosotnya hasil panen ini, membuat para petani setempat mengaku rugi jutaan rupiah. Setiap petak lahan berukuran seratus meter persegi, kerugian yang harus ditanggung petani, berkisar antara dua sampai tiga juta rupiah. Hal ini disebabkan tingginya biaya cocok tanam, pemupukan, dan perawatan selama proses masa tanam.
Menghadapi kondisi ini, para petani mengaku pasrah. Guna mengurangi resiko kerugian yang lebih besar, mereka tetap berupaya memanen cabai yang rusak untuk dikeringkan, meski dengan hasil seadanya. Selain itu, mereka juga memilah cabe yang busuk atau terserang hama untuk dibuang agar tidak lagi menular ke buah atau tanaman lain yang masih tersisa.