NGANJUK - Bentuk masjid ada di desa brebek, kecamatan berbek, nganjuk ini, sama seperti masjid-masjid pada umumnya. Namun, jika diperhatikan lebih detail, terdapat banyak keunikan. Masjid ini dibangun dengan tetap yang mempertahankan budaya jawa kuno yang masih kental nuansa hindunya.
Salah satunya adalah bentuk kubah. Masjid bernama al mubarok ini, memiliki kubah berupa kuluk atau kopiah raja dari perak. Masjid ini, dibangun oleh kiai kanjeng djimat atau raden tumenggung sosro kusumo, yang tidak lain adalah waliyullah sekaligus umarah karena menjadi bupati pertama nganjuk.
Melalui peran tokoh inilah, masjid al mubarok berdiri. Sejak pertama kali dibangun, kubah kuluk sudah menjadi perlambang utama.masjid ini sudah diperbaiki empat kali, tapi kubah serta arsitekstur dan semua ornamen masjid di bekas ibu kota nganjuk itu masih kental nuansa hindunya.
Hal tersebut dimaksudkan, karena untuk memudahkan dalam syiar agama islam . Di masjid ini, kiai kanjeng djimat juga memasang bencet, yakni alat penunjuk waktu datangnya salat, di depan masjid itu. Alat ini dipadukan dengan arca lingga.alat bencet berupa tongkat besi berukuran 30 cm ini, hingga kini masih utuh.
Namun, dalam perkembangannya, bencet arcalingga, dipugar, atas kehendak beberapa tokoh agama, karena dikhawatirkan adanya arca lingga akan menyerupai kemusyrikan, sehingga saat ini hanya ada bencet saja.
Di sekitar bencet, tertulis angka tahun 1745, dipastikan angka ini adalah tahun pembangunan masjid al mubarok. Bencet dibuat karena saat itu warga berbek belum mengenal jam. Bencet ini sekarang dipagar rapi.
Keunikan yang mengindikasikan bahwa terjadi akulturasi hindu itu diperkuat dengan hiasan di setiap dinding, mimbar khotbah, dan tempat bedug. Di dinding tembok terdapat ukiran khas. Bahkan ukiran ini juga dipadukan dengan kepala arca kala di pintu utama ruang tengah masjid.
Angka tahun yang sama juga terdapat di rak tempat al quran. Rak dengan tinggi satu meter yang terbuat dari kayu jati itu masih utuh. Bahkan di pintu masjid dengan tulisan huruf arab terdapat angka tahun juga.
Bahkan, di tempat bedug ini masih terlihat tulisan jawa kuno dengan huruf arab.selain bedug, terdapat juga batu umpak. Batu ini berada di samping kanan atau selatan masjid. Letaknya di depan pintu pesarean atau makam kiai kanjeng djimat. Yang selalu ramai diziarahi masyarakat.
Konon, batu ungkal ini, muncul secar tiba-tiba, tanpa ada yang mengetahui siapa pembuatnya.
Masjid ini mengalami empat kali perbaikan. Salah satunya pada tahun 1986 oleh lb moerdani, menhankam, pangab ketika itu.
Salah satunya adalah bentuk kubah. Masjid bernama al mubarok ini, memiliki kubah berupa kuluk atau kopiah raja dari perak. Masjid ini, dibangun oleh kiai kanjeng djimat atau raden tumenggung sosro kusumo, yang tidak lain adalah waliyullah sekaligus umarah karena menjadi bupati pertama nganjuk.
Melalui peran tokoh inilah, masjid al mubarok berdiri. Sejak pertama kali dibangun, kubah kuluk sudah menjadi perlambang utama.masjid ini sudah diperbaiki empat kali, tapi kubah serta arsitekstur dan semua ornamen masjid di bekas ibu kota nganjuk itu masih kental nuansa hindunya.
Hal tersebut dimaksudkan, karena untuk memudahkan dalam syiar agama islam . Di masjid ini, kiai kanjeng djimat juga memasang bencet, yakni alat penunjuk waktu datangnya salat, di depan masjid itu. Alat ini dipadukan dengan arca lingga.alat bencet berupa tongkat besi berukuran 30 cm ini, hingga kini masih utuh.
Namun, dalam perkembangannya, bencet arcalingga, dipugar, atas kehendak beberapa tokoh agama, karena dikhawatirkan adanya arca lingga akan menyerupai kemusyrikan, sehingga saat ini hanya ada bencet saja.
Di sekitar bencet, tertulis angka tahun 1745, dipastikan angka ini adalah tahun pembangunan masjid al mubarok. Bencet dibuat karena saat itu warga berbek belum mengenal jam. Bencet ini sekarang dipagar rapi.
Keunikan yang mengindikasikan bahwa terjadi akulturasi hindu itu diperkuat dengan hiasan di setiap dinding, mimbar khotbah, dan tempat bedug. Di dinding tembok terdapat ukiran khas. Bahkan ukiran ini juga dipadukan dengan kepala arca kala di pintu utama ruang tengah masjid.
Angka tahun yang sama juga terdapat di rak tempat al quran. Rak dengan tinggi satu meter yang terbuat dari kayu jati itu masih utuh. Bahkan di pintu masjid dengan tulisan huruf arab terdapat angka tahun juga.
Bahkan, di tempat bedug ini masih terlihat tulisan jawa kuno dengan huruf arab.selain bedug, terdapat juga batu umpak. Batu ini berada di samping kanan atau selatan masjid. Letaknya di depan pintu pesarean atau makam kiai kanjeng djimat. Yang selalu ramai diziarahi masyarakat.
Konon, batu ungkal ini, muncul secar tiba-tiba, tanpa ada yang mengetahui siapa pembuatnya.
Masjid ini mengalami empat kali perbaikan. Salah satunya pada tahun 1986 oleh lb moerdani, menhankam, pangab ketika itu.