BOJONEGORO - Kondisi tersebut, menimpa para petani bawang merah di desa bogangin, kecamatan sumberrejo, bojonegoro. Tanaman yang baru berumur rata-rata 50 sampai 55 hari, rusak parah akibat serangan hama ulat dan layu bakteri yang terjadi sejak sepekan terakhir.
Dampaknya, daun tanaman langsung layu dan mengering. Sementara umbi bawang yang dihasilkan, mulai melepuh dan membusuk. Bahkan sebagian besar tanaman telah mati sehingga tak dapat di panen.
Akibatnya, hasil panen dipastikan turun drastis, mencapai hampir 40 persen dibanding musim sebelumnya. Jika normalnya sepetak lahan seluas dua ratus meter persegi, rata-rata mampu menghasilkan 65 karung bawang siap jual, namun akibat banyaknya tanaman yang mati, hasil panen diperkirakan tak lebih hanya mencapai 40 karung bawang saja, dan itupun dengan kualitas yang rendah.
Akibat kejadian ini, para petani setempat mengaku harus menanggung kerugian yang besar, hingga mencapai jutaan rupiah. Hal ini disebabkan tingginya modal yang terlanjur dikeluarkan saat masa cocok tanam. Seperti pengadaan benih, pengolahan lahan dan pemupukan.
Selain hasil panen yang turun. Kerugian petani juga diperparah dengan rendahnya harga jual bawang merah di tingkat petani. Saat ini harga jual bawang merah ditingkat petani hanya berkisar 15 ribu rupiah perkilogram, atau jauh lebih rendah dibanding musim panen sebelumnya yang mencapai kisaran 20 ribu rupiah perkilogram.
Kini untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sejumlah petani berencana memanen lebih awal bawang merah yang rusak, meski dengan hasil seadanya.
Dampaknya, daun tanaman langsung layu dan mengering. Sementara umbi bawang yang dihasilkan, mulai melepuh dan membusuk. Bahkan sebagian besar tanaman telah mati sehingga tak dapat di panen.
Akibatnya, hasil panen dipastikan turun drastis, mencapai hampir 40 persen dibanding musim sebelumnya. Jika normalnya sepetak lahan seluas dua ratus meter persegi, rata-rata mampu menghasilkan 65 karung bawang siap jual, namun akibat banyaknya tanaman yang mati, hasil panen diperkirakan tak lebih hanya mencapai 40 karung bawang saja, dan itupun dengan kualitas yang rendah.
Akibat kejadian ini, para petani setempat mengaku harus menanggung kerugian yang besar, hingga mencapai jutaan rupiah. Hal ini disebabkan tingginya modal yang terlanjur dikeluarkan saat masa cocok tanam. Seperti pengadaan benih, pengolahan lahan dan pemupukan.
Selain hasil panen yang turun. Kerugian petani juga diperparah dengan rendahnya harga jual bawang merah di tingkat petani. Saat ini harga jual bawang merah ditingkat petani hanya berkisar 15 ribu rupiah perkilogram, atau jauh lebih rendah dibanding musim panen sebelumnya yang mencapai kisaran 20 ribu rupiah perkilogram.
Kini untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sejumlah petani berencana memanen lebih awal bawang merah yang rusak, meski dengan hasil seadanya.