BOJONEGORO - Lomba berburu tikus yang digelar dinas ketahanan pangan dan pertanian kabupaten bojonegoro ini. Berlangsung serentak di areal pertanian daerah aliran bengawan solo, kecamatan kanor, yang saat ini sedang memasuki musim tanam padi.
Lomba yang baru digelar pertama kalinya ini, disambut antusias para petani setempat. Mereka yang terbagi dalam beberapa kelompok masing-masing berjumlah sepuluh orang. Tampak semangat berburu tikus di sekitar persawahan, mulai dari jalan desa, pematang sawah, hingga tanggul irigasi sungai, yang menjadi sarang hewan pengerat tersebut.
Tak ada aturan khusus dalam perlombaan ini. Peralatan seperti pentungan dan pompa air boleh digunakan untuk memburu tikus yang umumnya bersembunyi dalam lubang tanah.
Seperti yang dilakukan petani desa pilang dan gedongarum. Untuk mempercepat perburuan. Penangkapan tikus dilakukan dengan gropyokan. Berbekal pentungan dan pompa penyemprot air, mereka ramai-ramai menyisir setiap lubang tikus di jalan dan tanggul sungai dekat persawahan.
Setiap tikus yang keluar lubang, langsung mereka kejar hingga berhasil ditangkap dan langsung dibasmi. Selanjutnya hasil tangkapan, mereka kumpulkan untuk dihitung dan diserahkan kepada panitia lomba.
Para petani mengaku cukup senang dengan perlombaan ini. Selain mendapat hadiah. Berburu tikus jelang masa tanam, dinilai juga efektif untuk memberantas hama tikus yang selama ini sangat merugikan petani.
Sementara terkait perlombaan ini. Camat kanor, mohammad mahfud menjelaskan lomba berburu tikus, sengaja digelar dinas ketahanan pangan dan pertanian bojonegoro, dengan tujuan untuk memberikan dorongan semangat bagi petani, dalam upaya pengendalian populasi hama tikus yang selama ini, sangat meresahkan.
Selain itu, lomba ini, juga sebagai solusi lebih aman, dibanding menggunakan jebakan tikus beraliran listrik, yang dinilai berbahaya sekaligus mengabaikan keselamatan.
Lomba berburu tikus ini, berlangsung selama hari, dengan target tangkapan 25 ribu ekor tikus. Selain memperebutkan hadiah sebesar 50 juta rupiah. Setiap ekor tikus yang tertangkap, nantinya juga dihargai dua ribu rupiah sebagai pengganti operasional dan uang lelah petani selama mengikuti perlombaan.
Lomba yang baru digelar pertama kalinya ini, disambut antusias para petani setempat. Mereka yang terbagi dalam beberapa kelompok masing-masing berjumlah sepuluh orang. Tampak semangat berburu tikus di sekitar persawahan, mulai dari jalan desa, pematang sawah, hingga tanggul irigasi sungai, yang menjadi sarang hewan pengerat tersebut.
Tak ada aturan khusus dalam perlombaan ini. Peralatan seperti pentungan dan pompa air boleh digunakan untuk memburu tikus yang umumnya bersembunyi dalam lubang tanah.
Seperti yang dilakukan petani desa pilang dan gedongarum. Untuk mempercepat perburuan. Penangkapan tikus dilakukan dengan gropyokan. Berbekal pentungan dan pompa penyemprot air, mereka ramai-ramai menyisir setiap lubang tikus di jalan dan tanggul sungai dekat persawahan.
Setiap tikus yang keluar lubang, langsung mereka kejar hingga berhasil ditangkap dan langsung dibasmi. Selanjutnya hasil tangkapan, mereka kumpulkan untuk dihitung dan diserahkan kepada panitia lomba.
Para petani mengaku cukup senang dengan perlombaan ini. Selain mendapat hadiah. Berburu tikus jelang masa tanam, dinilai juga efektif untuk memberantas hama tikus yang selama ini sangat merugikan petani.
Sementara terkait perlombaan ini. Camat kanor, mohammad mahfud menjelaskan lomba berburu tikus, sengaja digelar dinas ketahanan pangan dan pertanian bojonegoro, dengan tujuan untuk memberikan dorongan semangat bagi petani, dalam upaya pengendalian populasi hama tikus yang selama ini, sangat meresahkan.
Selain itu, lomba ini, juga sebagai solusi lebih aman, dibanding menggunakan jebakan tikus beraliran listrik, yang dinilai berbahaya sekaligus mengabaikan keselamatan.
Lomba berburu tikus ini, berlangsung selama hari, dengan target tangkapan 25 ribu ekor tikus. Selain memperebutkan hadiah sebesar 50 juta rupiah. Setiap ekor tikus yang tertangkap, nantinya juga dihargai dua ribu rupiah sebagai pengganti operasional dan uang lelah petani selama mengikuti perlombaan.