BLITAR - Sejak pandemi covid-19, usaha produk aneka kerajinan anyaman bambu di kabupaten blitar mengalami penurunan dratis.pasalnya permintaan pasar sedikit sehingga membuat para pengerajin hanya bisa bertahan.
Kondisi ini dialami, para pengrajin desa purwokerto, kecamatan srengat, kabupaten blitar. Yang mayoritas masyarakatnya sebagai pengrajin anyaman bambu.
Salah seorang pengrajin, sobiyah yang menekuni profesinya sejak belasan tahun ini, tidak menampik bahwa konsumennya jauh menurun semenjak adanya pandemi covid-19. Kondisi ini juga diperparah dengan naiknya harga bambu, sebagai bahan baku.
Menurut sobiyah, sejak pandemi omzet pesanan turun 70 hingga 80 persen. Jika biasanya setiap bulan rata – rata bisa menjual senilai 5 juta, kini paling banyak hanya 1 – 1,5 juta, per bulan. Dari jumlah tersebut ia hanya mendapatkan keuntungan 300 hingga 400 ribu.
Meski begitu, ia dan sebagian pengrajin lainnya,masih tetap berusaha bertahan, meski hasil yang didapat hanya pas - pasan, karena usaha produk anyaman bambu merupakan satu satunya sumber pendapatan.
Dengan kondisi seperti ini, sobiyah dan para pengrajin lainnya, hanya bisa berharap pandemi segera berakhir, agar perekonomian bisa segera pulih, sehingga penjualan kerajinan bisa kembali normal.