JOMBANG - Di desa jatipelem kecamatan diwek jombang inilah perajin batik kembali mulai bergairah. Tangan perempuan paruh baya di gerai batik milik pasutri sutrisno dan sriyani terus bergerak mengambar pola motif yang sudah dirancangnya.
Usai pola selesai di kerjakan,tangan terampilnya mengambil pewarna yang sudah dipanasi diatas kompor. Canting pelukis batik ini mulai bergerak mengikuti pola garis yang dibentuk. Batik colet asal jombang ini memang dikerjakan semua dengan cara tradisional. Dengan mempekerjakan perempuan rumah tangga,sang pemilik gerai terus meningkatkan produksinya.
Sriyani mengaku setiap hari mata tua para pekerja ini tak lelah memadukan pergerakan tangan dengan warna tinta. Mereka membentuk guratan gambar yang sudah ada. Sesekali memasukan kuas ke dalam gelas air mineral berisi pewarna.
Selama pandemi usaha batik ini sempat terpuruk. Jika sebelum pandemi usahanya satu bulan bisa mendapatkan omset hingga 40 juta, selama pandemi turun hingga tinggal 25 juta. Sebulan terakhir pesanannya kembali menggeliat.
Untuk harga batik memang bervariasi, mulai dari dari 2,5 juta perlembar hingga ratusan ribu. Batik yang harganya menembus jutaan dikhususnya untuk souvenir dan oleh oleh. Dengan motif beragam mulai dari motif daun kelapa, pohon nyamplung, jati glondong, hingga mangga. Batik karya new colet ini sudah mendarat di sejumlah negara, sejak tahun 2016 batik jombangan ini ekspor ke australia sampai sekarang,termasuk belanda amerika hingga jepang.