NGAWI - Seperti nilah keseharian pani (70) tahun, warga desa, kecamatan pangkur, kabupaten ngawi. Meski usianya dibilang sudah lanjut, namun, kejelian dan kreatifitasnya dalam membuat kerajinan anyaman dari sampah plastik bekas tidak bisa dipandang sebelah mata.
Terlebih dengan kemampuannya mengolah limbah sampah plastik ini dijadikan sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomi sangat membantu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Ditangan wanita tua ini, limbah plastik menjadi berbagai jenis anyaman yang dapat dimanfaatkan banyak orang.
Bahkan tidak jarang ia mencari limbah plastik bekas dari warung-warung, atau rumah tetangga untuk dimanfaatkan kembali menjadi sebuah anyaman tikar. Jenis plastik yang digunakan yakni berupa plastik bekas minuman sachet.
Dari platik yang terkumpul itu selanjutnya dipotong-potong sesuai ukuran selanjutnya dicuci dan dikeringkan. Setelah kering plastik dilipat untuk menjadi sebuah pola dan kemudian dianyam atau dirangkai menjadi sebuah tikar.
Menurut pani, awal pembuatan kerajinan tikar plastik ini berawal saat ia berada di bandung jawa barat bekerja sebagai pembantu rumah tangga belasan tahun lalu. Kebetulan di sekitar tempat tinggalnya terdapat ibu-ibu yang membuat kerajinan tersebut, dan ia tertarik untuk mencobanya.
Kemampuan dalam membuat kerajinan tikar plastik ini akhirnya ia tekuni ketika kembali ke kabupaten ngawi. Saat ini biasa pesanan memang hanya dari tetangga sekitar. Untuk pesanan kebanyakan membuat tikar sebagai alas sholat, dengan ukuran 1x1,5 meter. Karena keunikannya, memang cukup banyak tetangga yang tertarik dengan hasil karyanya. Harga jual sendiri cukup bervariasi, mulai rp.30 ribu hingga rp.100 ribu tergantung ukuran.
Pani menjadi contoh yang menunjukkan bahwa usia tidak menghalangi seseorang untuk tetap berkreasi. Terlebih bahan yang digunakan dari sampah plastik ini juga menjadi salah satu upaya penyelamatan lingkungan dari ancaman sampah plastik yang sulit terurai.
