TUBAN - Curah hujan tinggi di musim penghujan tahun ini, membuat produksi legen di kabupaten tuban turun drastis. Kondisi tersebut salah satunya dirasakan petani legen di desa kasiman, kecamatan kerek, kabupaten tuban, pada sabtu siang.
Turunnya produksi air legen ini dikarenakan setiap musim penghujan, pohon bogor yang biasanya menghasilkan air legen dari tunas atau sering disebut wolo, hanya menghasilkan air legen dalam jumlah sedikit, jika dibandingkan musim kemarau.
Penurunan produksi air legen ini terjadi sejak memasuki musim hujan bulan november lalu. Saat ini, para petani hanya mampu hasilkan 15 liter air legen setiap harinya dari 12 pohon siwalan di lahan mereka. Padahal, saat musim kemarau setiap harinya para petani mampu mendapatkan antara 30 sampai 40 liter legen.
Para petani mengaku, kejadian serupa selalu terjadi disaat musim hujan. Bahkan sebagian petani legen kini lebih memilih untuk beralih profesi bercocok tanam jagung dan padi, karena penghasilan mereka dari berjualan legen menurun.
Selain membuat hasil produksi air legen menurun, musim hujan juga membuat rasa legen yang dihasilkan sedikit hambar dan tak terlalu manis.
Meski hasil produksi menurun, para petani legen tetap menjual legen dengan harga yang sama, yakni 10 ribu rupiah perbotol. Pasalnya, jika harga dinaikkan pembeli akan sepi.
Sekedar diketahui, legen merupakan minuman tradisional khas tuban. Air legen dihasilkan dari tunas pohon siwalan. Rasanya yang khas dan tanpa pengawet, membuat minuman ini banyak digemari warga.