TUBAN - Pemandangan berbeda terlihat di kawasan hutan jati desa ngino, kecamatan semanding, kabupaten tuban. Area yang biasanya sepi ini, mendadak ramai diserbu warga sekitar. Mereka berburu kepompong dan ulat daun jati, yang muncul setahun sekali setiap awal musim penghujan.
Perburuan kepompong ini, didominasi para emak-emak. Mereka biasanya menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam hutan. Tak butuh peralatan khusus, mereka hanya mengandalkan insting dan kejelian mata, karena ulat dan kepompong, bersembunyi diantara daun jati kering yang berserakan di tanah.
Ulat dan kepompong yang mereka dapatkan ini, kemudian dikumpulkan dalam sebuah wadah seperti tas, karung kecil atau toples. Selain dikonsumsi sendiri untuk lauk, kepompong yang terkumpul juga dapat dijual.
Aktifitas perburuan seperti ini, dilakukan hampir merata di seluruh kawasan hutan jati wilayah kabupaten tuban. Dalam sehari, warga mampu mengumpulkan satu hingga dua kilogram kepompong segar. Selain dikonsumsi sendiri, hasil buruan juga dapat dijual seharga 70.000-80.000 rupiah per kilogram.
berburu kepompong seperti ini sudah menjadi tradisi bagi warga tepian hutan jati setiap awal musim penghujan. Ulat yang muncul setelah hujan pertama ini, akan bermetamorfosis menjadi kepompong. Sedangkan perburuan hanya akan berlangsung selama beberapa pekan, karena seiring waktu kepompong berubah menjadi kupu-kupu.