BLITAR - Sejak pemerintah mengumumkan pemberlakukan kenaikan tarif cukai rokok pabrikan, sebagian kalangan perokok di kabupaten blitar mulai beralih ke tembakau tingwe alias melinting atau menggulung tembakau dengan kertas secara mandiri.
Alasan mereka faktor rokok pabrikan naik, sehingga melinting sendiri lebih irit sesuai dengan selera. Bahkan, menjurus seni meracik.
Tak dengan beralihnya sebagian masyarakat perokok pabrikan ke tembakau tingwe membuat, sejumlah toko tembakau di kabupaten blitar ramai pengunjung. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi pemilik toko.
Seperti toko tembakau moro jodo yang ada jalan raya ngaglik kecamatan sanan kulon, kabupaten blitar misalnya. Sejak beberapa hari ini, toko ini terus di banjiri pembeli dari berbagai kalangan usia. Bahkan melinting sudah menjadi tren di kalangan anak muda dan tidak menjadi hal tabu.
Sementara itu, pemilik toko tembakau alfarizi, mengaku, sejak pandemi dan tarif cukai rokok naik, omzet penjualan tembakau linting mengalami kenaikkan lebih 300 persen. Per hari rata-rata jumlah konsumen meningkat 100 persen dibanding sebelumnya.
Di toko tembakau moro jodo milik alfarizi ini, menyediakan beragam rasa varietas tembakau rajangan pilihan konsumen yang di hasilkan dari berbagai daerah di pulau jawa. Selain itu juga menyediakan berbagai alat linting manual, filter, kertas dan cengkeh bumbu rokok sesuai selesa dengan harga terjangkau.
Berbagai jenis tembakau tersebut yakni kalituri, garut, kolor kuning, tambeng dan temanggung yang harganya raya rata 100 hingga 150 ribu per kilogram.