TUBAN - Seperti inilah keseharian wantoyo warga desa bejagung, kecamatan semanding, kabupaten tuban. Setiap pagi, pria berusia 62 tahun ini setiap hari rutin memberi makan dan minum kuda kesayangannya, sebelum bersama-sama berangkat mencari nafkah.
Ya, wantoyo berprofesi sebagai kusir delman. Profesi ini telah ia tekuni selama 45 tahun, atau sejak ia berusianya 17 tahun.
Setelah kudanya selesai makan, minum serta dibersihkan. Wantoyo langsung memasang sejumlah peralatan pada kudanya. Setelah selesai, kuda yang sudah menemani wandoyo selama 4 tahun ini, langsung mencari kereta delman sendiri.
Wantoyo pun kemudian langsung berangkat ke kawasan pasar tuban, untuk mencari penumpang. Biasanya ia menunggu adanya penumpang dengan memarkirkan kudanya di dekat wisata goa akbar tuban.
Di tengah himpitan modernisasi transportasi, hanya sebagian kecil kusir delman di tuban yang memilih tetap bertahan menyusuri jalanan untuk menafkahi keluarga mereka. Pasalnya, mereka tidak punya keahlian lain selain menjadi kusir moda transportasi tradisional ini.
Menurut wantoyo, dulunya profesi ini sangat menjanjikan. Bahkan, dari profesi ini, ia bisa berangkat haji bersama istrinya. Namun, zaman telah berubah. Kini, dalam sehari wantoyo hanya mendapat 3-4 penumpang saja. Tiap penumpang dipatok tarif antara 5 sampai 15 ribu rupiah, tergantung jarak tempuh.
Meski demikian, hasil tersebut masih cukup untuk digunakan makan dan kebutuhan sehari-hari.wantoyo mengaku akan terus menjadi kusir delman selama ia mampu.
Kini, hanya tersisa 8 kusir delman yang masih keliling mencari penumpang di seputaran tuban kota. Wantoyo berharap, transportasi tradisional ini bisa tetap eksis di tengah pesatnya perkembangan zaman.
Ya, wantoyo berprofesi sebagai kusir delman. Profesi ini telah ia tekuni selama 45 tahun, atau sejak ia berusianya 17 tahun.
Setelah kudanya selesai makan, minum serta dibersihkan. Wantoyo langsung memasang sejumlah peralatan pada kudanya. Setelah selesai, kuda yang sudah menemani wandoyo selama 4 tahun ini, langsung mencari kereta delman sendiri.
Wantoyo pun kemudian langsung berangkat ke kawasan pasar tuban, untuk mencari penumpang. Biasanya ia menunggu adanya penumpang dengan memarkirkan kudanya di dekat wisata goa akbar tuban.
Di tengah himpitan modernisasi transportasi, hanya sebagian kecil kusir delman di tuban yang memilih tetap bertahan menyusuri jalanan untuk menafkahi keluarga mereka. Pasalnya, mereka tidak punya keahlian lain selain menjadi kusir moda transportasi tradisional ini.
Menurut wantoyo, dulunya profesi ini sangat menjanjikan. Bahkan, dari profesi ini, ia bisa berangkat haji bersama istrinya. Namun, zaman telah berubah. Kini, dalam sehari wantoyo hanya mendapat 3-4 penumpang saja. Tiap penumpang dipatok tarif antara 5 sampai 15 ribu rupiah, tergantung jarak tempuh.
Meski demikian, hasil tersebut masih cukup untuk digunakan makan dan kebutuhan sehari-hari.wantoyo mengaku akan terus menjadi kusir delman selama ia mampu.
Kini, hanya tersisa 8 kusir delman yang masih keliling mencari penumpang di seputaran tuban kota. Wantoyo berharap, transportasi tradisional ini bisa tetap eksis di tengah pesatnya perkembangan zaman.