SKETSA RAMADHAN - Setiap daerah memiliki jajanan khas, yang biasanya dihidangkan untuk menu buka puasa di bulan suci ramadan, sebagai menu pembuka berbuka. Begitu pula masyarakat di desa kesamben, kecamatan plumpang, kabupaten tuban, yang juga memiliki jajanan tradisional, yang dihidangkan di meja makan, untuk menu berbuka mereka.
Ya, jajanan ini adalah dumbek. Dumbek merupakan jajanan tradisional berbentuk mirip terompet kecil, yang terbuat dari gulungan daun siwalan. Sementara bagian dalamnya yang dimakan merupakan campuran adonan tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Beberapa penjual terkadang juga mencampurkan susu, agar terasa lebih gurih.
Jumlah produsen dumbek di kabupaten tuban tidak banyak. Mereka masih mempertahankan resep dan cara tradisional untuk memasak dumbek. Sehingga banyaknya pesanan yang datang selama bulan ramadan hingga menjelang lebaran idul fitri nanti.
Haji saenan ini misalnya. Selain dipasarkan di tuban dan sekitarnya, dumbek yang ia produksi juga mampu menembus pasar luar jawa. Bahkan, para orang yang hendak berangkat ke luar negeri atau pulang dari luar negeri, kerap memesan jajanan tradisional ini untuk oleh-oleh.
Selama bulan ramadhan ini, pesanan cukup tinggi. Dalam sehari, haji saenan mendapat antara 2.000 hingga 3.000 pesanan. Dumbek dijual cukup murah antara rp1.000 sampai rp2.000, tergantung campuran adonan yang diminta. Meski tanpa bahan pengawet, dumbek mampu bertahan sampai tiga hari. Namun jika disimpan dalam lemari pendingin, jajanan basah ini mampu bertahan hingga satu minggu.
Dumbek, kerap dijadikan menu takjil yang harus selalu ada di meja makan, sebagai menu pembuka berbuka puasa karena rasanya yang manis. Para pembeli mengaku sering menggunakan dumbek sebagai menu takjil, karena rasanya gurih, manis dan enak.
Ya, jajanan ini adalah dumbek. Dumbek merupakan jajanan tradisional berbentuk mirip terompet kecil, yang terbuat dari gulungan daun siwalan. Sementara bagian dalamnya yang dimakan merupakan campuran adonan tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Beberapa penjual terkadang juga mencampurkan susu, agar terasa lebih gurih.
Jumlah produsen dumbek di kabupaten tuban tidak banyak. Mereka masih mempertahankan resep dan cara tradisional untuk memasak dumbek. Sehingga banyaknya pesanan yang datang selama bulan ramadan hingga menjelang lebaran idul fitri nanti.
Haji saenan ini misalnya. Selain dipasarkan di tuban dan sekitarnya, dumbek yang ia produksi juga mampu menembus pasar luar jawa. Bahkan, para orang yang hendak berangkat ke luar negeri atau pulang dari luar negeri, kerap memesan jajanan tradisional ini untuk oleh-oleh.
Selama bulan ramadhan ini, pesanan cukup tinggi. Dalam sehari, haji saenan mendapat antara 2.000 hingga 3.000 pesanan. Dumbek dijual cukup murah antara rp1.000 sampai rp2.000, tergantung campuran adonan yang diminta. Meski tanpa bahan pengawet, dumbek mampu bertahan sampai tiga hari. Namun jika disimpan dalam lemari pendingin, jajanan basah ini mampu bertahan hingga satu minggu.
Dumbek, kerap dijadikan menu takjil yang harus selalu ada di meja makan, sebagai menu pembuka berbuka puasa karena rasanya yang manis. Para pembeli mengaku sering menggunakan dumbek sebagai menu takjil, karena rasanya gurih, manis dan enak.