SKETSA RAMADHAN - Makam ki ageng wiroyudo, berada di desa cangaan, kecamatan kanor, kabupaten bojonegoro. Ki angeng wiroyudo, menyebarkan agama islam di wilayah desa cangaan ratusan tahun silam.
ki ageng wiroyudo sendiri berasal dari keraton solo, yang lari dari kerajaan solo karena di kejar kejar oleh belanda, kemudian lari ke wilayah desa cangaan, dengan menyusuri sungai bengawan solo, menggunakan sebuah rakit. Sebelum sampai di desa cangaan, ki ageng wiroyudo sempat bersinggah di desa kabalan kurang lebih 1 tahun.
Ketika tiba di desa cangaan, ki ageng wiroyudo sangat diterima oleh masyarakat lantas akrab, dan lambat tahun mendirikan semacam surau kecil, atapnya terbuat dari ilalang dan dindingnya terbuat dari kulit kayu jati, yang digunakan sebagai tempat beribadah.
Ki ageng wiroyudo kemudian mendirikan masjid, sekitar tahun 1846 an masehi, yang diberi nama masjid jami' nurul huda, sebagai tempat syiar dan menyebarkan agama islam. Masjid itupun sampai saat ini masih aktif digunakan oleh masyarakat sekitar, untuk beribadah maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Menurut salamudan, tokoh agama setempat. Ki ageng wiroyudo, menyebarkan agama islam di desa cangaan ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan adanya masjid jami' nurul huda, masjid yang di bangun olehnya pada tahun 1262 hijriyah. Setelah mensyiarkan dan menyebarkan agama islam di desa cangaan, beliau kemudian wafat dan dimakamkan di desa setempat.
Di batu nisan ki ageng wiroyudo, terdapat prasasti bertuliskan angka jawa, yang menunjukkan tahun beliau wafat. Namun sayangnya, tulisan itu kini tidak begitu terlihat dengan jelas, lantaran tertutup oleh cat yang di gunakan untuk merawat makam ki ageng wiroyudo.
Sementara itu, tak jauh dari makam ki ageng wiroyudo, terdapat 3 makam yang menurut masyarakat sekitar usianya sudah ratusan tahun, ke tiga makam itu konon merupakan keluarga dari ki ageng wiroyudo.
Keberadaan makam penyebar agama islam ki ageng wiroyudo, sampai saat ini banyak dikunjungi para peziarah dari lokal maupun luar bojonegoro. Mereka datang untuk mendodo'akan beliau atas jasa-jasanya yang telah mensyiarkan dan menyebarkan agama islam.
ki ageng wiroyudo sendiri berasal dari keraton solo, yang lari dari kerajaan solo karena di kejar kejar oleh belanda, kemudian lari ke wilayah desa cangaan, dengan menyusuri sungai bengawan solo, menggunakan sebuah rakit. Sebelum sampai di desa cangaan, ki ageng wiroyudo sempat bersinggah di desa kabalan kurang lebih 1 tahun.
Ketika tiba di desa cangaan, ki ageng wiroyudo sangat diterima oleh masyarakat lantas akrab, dan lambat tahun mendirikan semacam surau kecil, atapnya terbuat dari ilalang dan dindingnya terbuat dari kulit kayu jati, yang digunakan sebagai tempat beribadah.
Ki ageng wiroyudo kemudian mendirikan masjid, sekitar tahun 1846 an masehi, yang diberi nama masjid jami' nurul huda, sebagai tempat syiar dan menyebarkan agama islam. Masjid itupun sampai saat ini masih aktif digunakan oleh masyarakat sekitar, untuk beribadah maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Menurut salamudan, tokoh agama setempat. Ki ageng wiroyudo, menyebarkan agama islam di desa cangaan ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan adanya masjid jami' nurul huda, masjid yang di bangun olehnya pada tahun 1262 hijriyah. Setelah mensyiarkan dan menyebarkan agama islam di desa cangaan, beliau kemudian wafat dan dimakamkan di desa setempat.
Di batu nisan ki ageng wiroyudo, terdapat prasasti bertuliskan angka jawa, yang menunjukkan tahun beliau wafat. Namun sayangnya, tulisan itu kini tidak begitu terlihat dengan jelas, lantaran tertutup oleh cat yang di gunakan untuk merawat makam ki ageng wiroyudo.
Sementara itu, tak jauh dari makam ki ageng wiroyudo, terdapat 3 makam yang menurut masyarakat sekitar usianya sudah ratusan tahun, ke tiga makam itu konon merupakan keluarga dari ki ageng wiroyudo.
Keberadaan makam penyebar agama islam ki ageng wiroyudo, sampai saat ini banyak dikunjungi para peziarah dari lokal maupun luar bojonegoro. Mereka datang untuk mendodo'akan beliau atas jasa-jasanya yang telah mensyiarkan dan menyebarkan agama islam.