SKETSA RAMADHAN - Makam KH Asy'ari yang wafat pada tahun 1890 terletak di sisi barat desa keras, kecamatan diwek, kabupaten jombang. Sejak gus dur sering berziarah di makam ini, masyarakat mengikutinya. Sehingga area makam tidak pernah sepi dari peziarah.
Kyai Asy'ari lahir pada tahun 1830 di tingkir, demak, jawa tengah. Silsilah nasab kyai Asy'ari menyambung ke jaka tingkir. Ayahnya bernama abdul wahid, seorang komandan pasukan pangeran diponegoro yang menggunakan nama pangeran gareng di bawah panglima sentot alibasyah prawirodirdjo.
Kh Asy'ari tinggal di jombang, diawali saat Asy'ari muda mondok di gedang, tambakberas, jombang sekitar tahun 1851. Sebagai santri yang cerdas dan berakhlaq mulia, akhirnya diambil menantu oleh kyai usman, pengasuh pesantren gedang.
Pada suatu saat, seorang kepala desa dan tokoh warga di desa keras, meminta kepada kyai Usman agar santrinya mau tinggal di desa keras bagian barat yang dikenal sangat angker. Dengan hadiah hektaran lahan yang masih berupa semak belukar. Sehingga kyai usman mengutus asy'ari dan istrinya bernama halimah boyong ke desa keras.
Asy'ari mulai menata lahan baru di desa keras bersama sejumlah santri pondok gedang yang ikut. Dibantu istrinya, asy’ari mulai melakukan dakwah. Tidak hanya pada warga namun juga pada makhluk kasat mata yang menjadi penghuni aslinya.
Dari perkawinannya dengan nyai halimah kyai Asy’ari dikaruniai 11 orang putra putri. Yaitu Nafiah, Ahmad Sholeh, Muhammad Hasyim, Rodliah, Hasan, Anis, Fathonah, Maimunah, Ma’shum, Nahrowi dan Adnan. Putra ketiga terkenal sebagai pendiri pesantren tebuireng dan pendiri nahdlatul ulama serta pahlawan nasional. Putranya, KH A Wahid Hasyim juga sebagai pahlawan nasional.
Di desa keras, kyai Asy'ari mendirikan pondok pesantren. Santri yang terbanyak dari jawa tengah seperti ambarawa dan salatiga. Sedang santri asal jombang, mengaji dengan sistem kalongan, tidak menetap di pondok pesantren. Pesantren yang didirikan mbah asy'ari hingga kini berkembang dan aktif mendidik para para santri.
Kyai Asy'ari lahir pada tahun 1830 di tingkir, demak, jawa tengah. Silsilah nasab kyai Asy'ari menyambung ke jaka tingkir. Ayahnya bernama abdul wahid, seorang komandan pasukan pangeran diponegoro yang menggunakan nama pangeran gareng di bawah panglima sentot alibasyah prawirodirdjo.
Kh Asy'ari tinggal di jombang, diawali saat Asy'ari muda mondok di gedang, tambakberas, jombang sekitar tahun 1851. Sebagai santri yang cerdas dan berakhlaq mulia, akhirnya diambil menantu oleh kyai usman, pengasuh pesantren gedang.
Pada suatu saat, seorang kepala desa dan tokoh warga di desa keras, meminta kepada kyai Usman agar santrinya mau tinggal di desa keras bagian barat yang dikenal sangat angker. Dengan hadiah hektaran lahan yang masih berupa semak belukar. Sehingga kyai usman mengutus asy'ari dan istrinya bernama halimah boyong ke desa keras.
Asy'ari mulai menata lahan baru di desa keras bersama sejumlah santri pondok gedang yang ikut. Dibantu istrinya, asy’ari mulai melakukan dakwah. Tidak hanya pada warga namun juga pada makhluk kasat mata yang menjadi penghuni aslinya.
Dari perkawinannya dengan nyai halimah kyai Asy’ari dikaruniai 11 orang putra putri. Yaitu Nafiah, Ahmad Sholeh, Muhammad Hasyim, Rodliah, Hasan, Anis, Fathonah, Maimunah, Ma’shum, Nahrowi dan Adnan. Putra ketiga terkenal sebagai pendiri pesantren tebuireng dan pendiri nahdlatul ulama serta pahlawan nasional. Putranya, KH A Wahid Hasyim juga sebagai pahlawan nasional.
Di desa keras, kyai Asy'ari mendirikan pondok pesantren. Santri yang terbanyak dari jawa tengah seperti ambarawa dan salatiga. Sedang santri asal jombang, mengaji dengan sistem kalongan, tidak menetap di pondok pesantren. Pesantren yang didirikan mbah asy'ari hingga kini berkembang dan aktif mendidik para para santri.