SKETSA RAMADHAN - Bulan suci ramadhan, menjadi berkah tersendiri bagi pengrajin topi sikke dan peci turban khas turki di kabupaten bojonegoro. Salah pengrajin peci yang identik dengan tarian sufi ini adalah muhammad zuhri, 52 tahun, warga desa sukorejo, kecamatan, kabupaten bojonegoro.
Kerajinan ini digeluti oleh kang juari sapaan akrabnya, sejak tahun 2017 lalu. Ini berawal dari ketidaksengajaan saat bertemu dengan mubalig kondang asal semarang, yakni kyai budi harjono. Saat itu mubalig tersebut mengeluh turban pemberian dari seorang ulama' turki miliknya rusak. Kang juari kemudian diminta untuk diperbaiki.
Kang juari kemudian berpikiran untuk sekalian membuat topi sikke dan turban sendiri. Dengan modal otodidak hanya melihat benyuknya, ia lantas mereka-reka cara membuatnya. Dari berbagai percobaan bentuk dan bahan, akhirnya ia menemukan pola dan bahan yang pas.
Kerajinan topi sikke dan peci turban milik kang juari laris manis, setelah ia sukses memperbaiki turban milik kyai budi harjono. Pasalnya, turban tersebut digunakan kyai budi berdakwah keliling indonesia.
Menurut kang juari, cara membuat topi sikke maupun peci turban, tidak sembarang orang bisa membuatnya dan butuh keahlian khusus. Bahan yang digunakan berupa kain khusus, busa dan lem sebagai perekatnya. Sementara untuk peci turbin, paling sulit adalah melilitkan kain hijau sepanjang 3 sampai 5 meter.
Di bulan suci ramadhan kali ini, pemesan topi sikke dan peci turbin milik kang juari sangat banyak. Pemesan topi sikke dan peci turbin, mulai dari grobogan, jakarta, lampung, jambi, bahkan hingga kalimantan. Sampai hari ini, lebih dari 37 lebih topi sikke maupun peci turbin laku di jual.
Dalam sehari, kang juari bisa membuat 5 sampai 10 topi sikke dan peci turban yang dikerjakannya sendiri. Untuk topi sikke yang ia produksi, dihargai mulai 150 ribu rupiah, sedangkan untuk peci turban ia jual seharga 350 ribu rupiah.
Kerajinan ini digeluti oleh kang juari sapaan akrabnya, sejak tahun 2017 lalu. Ini berawal dari ketidaksengajaan saat bertemu dengan mubalig kondang asal semarang, yakni kyai budi harjono. Saat itu mubalig tersebut mengeluh turban pemberian dari seorang ulama' turki miliknya rusak. Kang juari kemudian diminta untuk diperbaiki.
Kang juari kemudian berpikiran untuk sekalian membuat topi sikke dan turban sendiri. Dengan modal otodidak hanya melihat benyuknya, ia lantas mereka-reka cara membuatnya. Dari berbagai percobaan bentuk dan bahan, akhirnya ia menemukan pola dan bahan yang pas.
Kerajinan topi sikke dan peci turban milik kang juari laris manis, setelah ia sukses memperbaiki turban milik kyai budi harjono. Pasalnya, turban tersebut digunakan kyai budi berdakwah keliling indonesia.
Menurut kang juari, cara membuat topi sikke maupun peci turban, tidak sembarang orang bisa membuatnya dan butuh keahlian khusus. Bahan yang digunakan berupa kain khusus, busa dan lem sebagai perekatnya. Sementara untuk peci turbin, paling sulit adalah melilitkan kain hijau sepanjang 3 sampai 5 meter.
Di bulan suci ramadhan kali ini, pemesan topi sikke dan peci turbin milik kang juari sangat banyak. Pemesan topi sikke dan peci turbin, mulai dari grobogan, jakarta, lampung, jambi, bahkan hingga kalimantan. Sampai hari ini, lebih dari 37 lebih topi sikke maupun peci turbin laku di jual.
Dalam sehari, kang juari bisa membuat 5 sampai 10 topi sikke dan peci turban yang dikerjakannya sendiri. Untuk topi sikke yang ia produksi, dihargai mulai 150 ribu rupiah, sedangkan untuk peci turban ia jual seharga 350 ribu rupiah.
