NGAWI - Sekelompok anak di desa tempuran, kecamatan paron, kabupaten ngawi punya cara tersendiri menunggu waktu berbuka puasa. Ngabuburit yang sudah jadi tradisi dan kegiatan rutin ini dilakukan dengan cara bermain perang meriam bambu. Ada puluhan batang meriam bambu yang dimainkan, di tepi hutan jati yang jauh dari permukiman penduduk.
Untuk menuju lokasi, mereka harus mengangkut puluhan meriam bambu menggunakan gerobak mini secara beramai-ramai. Sementara yang lain mengikuti dari belakang. Nah, di lokasi yang sudah ditentukan itulah masing-masing anak memegang meriam bambu miliknya untuk diledakkan secara bergantian.
Dalam permainan ini, mereka dibagi menjadi dua kelompok. Mereka mencari tempat sesuai keinginan namun tetap menjaga jarak agar tetap aman. Suara ledakan dari meriam bambu terdengar bersahutan dan disambut suara sorak dari anak anak ini. Meski begitu, saat anak-anak ini bermain meriam bambu juga juga ada orang dewasa yang mengawasi.
Bagi anak –anak warga desa tempuran kecamatan paron ngawi, permainan meriam bambu merupakan permainan tradisional yang sudah ada secara turun temurun, dan dilakukan selama bulan suci ramadan.
Untuk menuju lokasi, mereka harus mengangkut puluhan meriam bambu menggunakan gerobak mini secara beramai-ramai. Sementara yang lain mengikuti dari belakang. Nah, di lokasi yang sudah ditentukan itulah masing-masing anak memegang meriam bambu miliknya untuk diledakkan secara bergantian.
Dalam permainan ini, mereka dibagi menjadi dua kelompok. Mereka mencari tempat sesuai keinginan namun tetap menjaga jarak agar tetap aman. Suara ledakan dari meriam bambu terdengar bersahutan dan disambut suara sorak dari anak anak ini. Meski begitu, saat anak-anak ini bermain meriam bambu juga juga ada orang dewasa yang mengawasi.
Bagi anak –anak warga desa tempuran kecamatan paron ngawi, permainan meriam bambu merupakan permainan tradisional yang sudah ada secara turun temurun, dan dilakukan selama bulan suci ramadan.