SKETSA RAMADHAN - Beginilah suasana komplek pemakaman sunan bonang di kelurahan kutorejo, kecamatan tuban kota, kabupaten tuban, selama bulan suci ramadhan. Sesudah sholat dhuhur, makam yang menjadi cagar budaya nasional ini mulai terlihat sibuk. Sejumlah pengurus bergotong royong memasak bubur suruh untuk takjil buka puasa.
Bubur yang lebih dikenal dengan sebutan bubur bonang ini dimasak menggunakan dua wajan besar. Sementara bahan utamanya adalah beras, santan kelapa, tulang kambing, serta racikan bumbu khas jawa. Kaldu yang dihasilkan dari tulang kambing memberi rasa khas pada adonan bubur.
Seluruh proses memasak dilakukan secara tradisional. Mulai memarut kelapa untuk menghasilkan santan, hingga memanfaatkan kayu untuk sumber api. Setelah semuanya dimasukkan dalam wajan besar, mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian hingga bubur benar-benar matang. Selama proses memasak, bubur harus diaduk secara terus menerus, dan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar dua jam hingga siap disajikan.
Bagi-bagi takjil bubur ini merupakan tradisi untuk menyediakan takjil bagi musafir dan warga selama bulan ramadhan. Tradisi ini merupakan peninggalan sunan bonang dan telah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Makanan sederhana ini sangat ditunggu-tunggu warga sekitar. Saat pembagian dimulai, baik anak-anak hingga orang dewasa berkumpul dan rela antri demi mendapatkan sepiring bubur untuk takjil buka puasa. Bagi penikmatnya, bubur suruh sunan bonang memiliki rasa khas gurih. Aroma rempah-rempah dan daging sapinya sangat terasa.
Banyaknya jumlah warga membuat bubur yang disediakan habis dalam waktu kurang dari lima belas menit.
Sunan bonang merupakan satu dari sembilan wali penyebar agama islam di tanah jawa. Kondisi masyarakat yang miskin pada zaman itu membuat sunan bonang dan pengikutnya mencoba bersedekah dengan menyediakan buka puasa gratis berupa bubur.
Perkembangannya, selain diperuntukan bagi warga sekitar, bubur ini juga dibagikan kepada para musafir dan peziarah makam sunan bonang yang kebetulan singgah.
Bubur yang lebih dikenal dengan sebutan bubur bonang ini dimasak menggunakan dua wajan besar. Sementara bahan utamanya adalah beras, santan kelapa, tulang kambing, serta racikan bumbu khas jawa. Kaldu yang dihasilkan dari tulang kambing memberi rasa khas pada adonan bubur.
Seluruh proses memasak dilakukan secara tradisional. Mulai memarut kelapa untuk menghasilkan santan, hingga memanfaatkan kayu untuk sumber api. Setelah semuanya dimasukkan dalam wajan besar, mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian hingga bubur benar-benar matang. Selama proses memasak, bubur harus diaduk secara terus menerus, dan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar dua jam hingga siap disajikan.
Bagi-bagi takjil bubur ini merupakan tradisi untuk menyediakan takjil bagi musafir dan warga selama bulan ramadhan. Tradisi ini merupakan peninggalan sunan bonang dan telah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Makanan sederhana ini sangat ditunggu-tunggu warga sekitar. Saat pembagian dimulai, baik anak-anak hingga orang dewasa berkumpul dan rela antri demi mendapatkan sepiring bubur untuk takjil buka puasa. Bagi penikmatnya, bubur suruh sunan bonang memiliki rasa khas gurih. Aroma rempah-rempah dan daging sapinya sangat terasa.
Banyaknya jumlah warga membuat bubur yang disediakan habis dalam waktu kurang dari lima belas menit.
Sunan bonang merupakan satu dari sembilan wali penyebar agama islam di tanah jawa. Kondisi masyarakat yang miskin pada zaman itu membuat sunan bonang dan pengikutnya mencoba bersedekah dengan menyediakan buka puasa gratis berupa bubur.
Perkembangannya, selain diperuntukan bagi warga sekitar, bubur ini juga dibagikan kepada para musafir dan peziarah makam sunan bonang yang kebetulan singgah.