JOMBANG - Harga telur di seluruh Pasar Tradisional di Jombang terus mengalami kenaikan. Kondisi tersebut salah satunya seperti terpantau di Pasar Mojoagung,Kabupaten Jombang pada Senin Pagi (06/06/2022).
Saat ini, harga telur di pasar setempat menembus harga mencapai 26.500 rupiah per kilogram. Padahal, pekan lalu baru seharga 23 ribu rupiah perkilogram. Pedagang tidak tahu penyebab kenaikan, karena pasokan lancar.
“Untuk penyebab tidak tahu mas, karena kami (pedagang, red) belinya juga mahal.” Ungkap Muhammad Badrus, Pedagang telur di Pasar setempat.
Kenaikan juga terjadi pada harga telur puyuh. Bahkan kenaikannya hingga 11 ribu rupiah perkilogram. Dari 25 ribu rupiah kini menjadi 37 ribu rupiah.
Muhamad Badrus mengakui, akibat kenaikan ini omzet pedagang telur menurun.Penurunan ini terjadi karena daya beli masyarakat berkurang. Jika sebelumnya, dalam sehari para pedagang mampu menjual dua kwintal telur.
“Kini dalam sehari kami hanya mampu menjual 1,5 kwintal telur saja atau menurun 25 persen” keluhnya.
Sementara itu, Asiah salah satu pembeli mengaku harus memutar otak untuk mencukup belanjanya. Pasalnya, kenaikan harga ini sangat memberatkan dirinya sebagai ibu rumah tangga.
“Sekarang apa-apa mahal mas, telur naik, cabai naik, minyak goreng naik.” Keluh Asiah.
Pantauan di lapangan, harga minyak goreng curah di sejumlah pasar tradisional dijual 18 ribu rupiah perkilogram.Para pedagang minyak goreng mengaku belum bisa menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET), karena pembeliannya sudah di atas HET.
Saat ini, harga telur di pasar setempat menembus harga mencapai 26.500 rupiah per kilogram. Padahal, pekan lalu baru seharga 23 ribu rupiah perkilogram. Pedagang tidak tahu penyebab kenaikan, karena pasokan lancar.
“Untuk penyebab tidak tahu mas, karena kami (pedagang, red) belinya juga mahal.” Ungkap Muhammad Badrus, Pedagang telur di Pasar setempat.
Kenaikan juga terjadi pada harga telur puyuh. Bahkan kenaikannya hingga 11 ribu rupiah perkilogram. Dari 25 ribu rupiah kini menjadi 37 ribu rupiah.
Muhamad Badrus mengakui, akibat kenaikan ini omzet pedagang telur menurun.Penurunan ini terjadi karena daya beli masyarakat berkurang. Jika sebelumnya, dalam sehari para pedagang mampu menjual dua kwintal telur.
“Kini dalam sehari kami hanya mampu menjual 1,5 kwintal telur saja atau menurun 25 persen” keluhnya.
Sementara itu, Asiah salah satu pembeli mengaku harus memutar otak untuk mencukup belanjanya. Pasalnya, kenaikan harga ini sangat memberatkan dirinya sebagai ibu rumah tangga.
“Sekarang apa-apa mahal mas, telur naik, cabai naik, minyak goreng naik.” Keluh Asiah.
Pantauan di lapangan, harga minyak goreng curah di sejumlah pasar tradisional dijual 18 ribu rupiah perkilogram.Para pedagang minyak goreng mengaku belum bisa menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET), karena pembeliannya sudah di atas HET.