JOMBANG - Perajin cekeremes yang ada di desa carangwulung, kecamatan wonosalam, kabupaten jombang ini terus mengemasi jajanan jadul usahanya. Tingginya kunjungan wisawatan selama libur sekolah di sejumlah tempat wisata membuat permintaan jajanan tradisional ini terus meningkat.
Dengan mempekerjakan sejumlah perempuan,pemilik usaha ini terus bertahan memproduksi jajanan yang kini jarang diproduksi. Meskipun jajanan modern terus membanjiri pasar,pemilik usaha ini tidak takut bersaing.
Dalam prosesnya jajanan berbahan baku ketela ini semua di kerjakan dengan cara manual. Ketela yang sudah dikupas langsung diserut dengan alat sederhana. Setelah itu ketela serutan langsung di cuci bersih dengan air mengalir. Setelah bersih,pekerja lain menyiapkan penggorengan dengan api besar. Seluruh ketela dimasuk ke dalam penggorengan sesuai ukuran alat pengorengannya.saat gorengan sudah setengah matang baru dicampur dengan gula merah cair yang dimasukan ke dalam penggorengan.
Saat sudah matang,dalam kondisi panas serutan ketela yang sudah berwarna kuning ke coklatan di masukan dalam cetakan kecil. Tangan terampil pekerja ini harus bergerak cepat agar bahan yang sudah jadi tidak segera dingin. Karena saat dingin sudah sulit dimasukan dalam cetakan.
Ani muslimah pemilik usaha jajanan tradisional ini mengakui permintaan meningkat seiring kunjungan wisatawan di libur sekolah tahun ini. Peningkatan jajanan yang dijual dengan harga 10.000 satu pack ini sebesar 40 persen dari penjualan hari biasa.
Pemilik usaha ini mengaku sudah menekuni usaha ini sejak tahun 2018 silam. Meskipun tradisional jajanan ini ternyata masih memiliki pengemarnya. Dengan cara dititipkan digerai gerai yang ada di lokasi wisata,jajanan ini sudah tembus di sejumlah pasar wisata dan pusat jajanan di jawa timur.
Dengan mempekerjakan sejumlah perempuan,pemilik usaha ini terus bertahan memproduksi jajanan yang kini jarang diproduksi. Meskipun jajanan modern terus membanjiri pasar,pemilik usaha ini tidak takut bersaing.
Dalam prosesnya jajanan berbahan baku ketela ini semua di kerjakan dengan cara manual. Ketela yang sudah dikupas langsung diserut dengan alat sederhana. Setelah itu ketela serutan langsung di cuci bersih dengan air mengalir. Setelah bersih,pekerja lain menyiapkan penggorengan dengan api besar. Seluruh ketela dimasuk ke dalam penggorengan sesuai ukuran alat pengorengannya.saat gorengan sudah setengah matang baru dicampur dengan gula merah cair yang dimasukan ke dalam penggorengan.
Saat sudah matang,dalam kondisi panas serutan ketela yang sudah berwarna kuning ke coklatan di masukan dalam cetakan kecil. Tangan terampil pekerja ini harus bergerak cepat agar bahan yang sudah jadi tidak segera dingin. Karena saat dingin sudah sulit dimasukan dalam cetakan.
Ani muslimah pemilik usaha jajanan tradisional ini mengakui permintaan meningkat seiring kunjungan wisatawan di libur sekolah tahun ini. Peningkatan jajanan yang dijual dengan harga 10.000 satu pack ini sebesar 40 persen dari penjualan hari biasa.
Pemilik usaha ini mengaku sudah menekuni usaha ini sejak tahun 2018 silam. Meskipun tradisional jajanan ini ternyata masih memiliki pengemarnya. Dengan cara dititipkan digerai gerai yang ada di lokasi wisata,jajanan ini sudah tembus di sejumlah pasar wisata dan pusat jajanan di jawa timur.
