JOMBANG - Terinspirasi dari motif rumah rayap yang unik, Cokro Retantokom seorang perajin ukir di Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang mengembangkan seni ukir bergaya gigitan rayap. Motif rayap ini dipraktekan dalam bentuk ukir foto.
“Proses pembuatan cukup ribet mas, mata dan tangan harus bergerak seirama menyesuaikan sketsa yang tertempel di papan kayu. Selain itu, setiap pukulan palu dari kayu ke alat ukirnya dibentuk menyerupai rumah rayap,” Jelas Cokro saat ditemui pada Jumat (29/07/2022).
Setelah seluruh ukiran diselesaikan, pria ini menghaluskan papan dengan alat gosok. Papan ini dihaluskan untuk bisa meratakan sisa ukiran rayat yang dikerjakan secara manual. Baru di beri warna sesuai sketsa yang diinginkan sang pemesan.
Cokro Retanroko mengaku, sudah dua tahun mengembangkan ukir foto motif rayap. Bentuk unik dan nyentrik menjadi pilihannya menekuni profesinya. Meskipun butuh proses lama namun seluruh pelanggan sabar menunggu untuk hasil yang maksimal.
“Saya menekuni seni ukir manual ini karena saat ini banyak ukir yang memanfaatkan teknologi digital,” Akunya.
Hasil karya perajin ini diharga setimpal dengan kerumitan dari ukirannya. Paling murah ukuran kecil untuk satu foto diharga 400 ribu hingga termahal bisa mencapai jutaan tergantung ukurannya.
Tidak heran karya tangan pemuda ini banyak dipesan ke Daerah Yogjakarta, Bandung hingga sejumlah Kota di Jawa Timur. (ful/rok)
“Proses pembuatan cukup ribet mas, mata dan tangan harus bergerak seirama menyesuaikan sketsa yang tertempel di papan kayu. Selain itu, setiap pukulan palu dari kayu ke alat ukirnya dibentuk menyerupai rumah rayap,” Jelas Cokro saat ditemui pada Jumat (29/07/2022).
Setelah seluruh ukiran diselesaikan, pria ini menghaluskan papan dengan alat gosok. Papan ini dihaluskan untuk bisa meratakan sisa ukiran rayat yang dikerjakan secara manual. Baru di beri warna sesuai sketsa yang diinginkan sang pemesan.
Cokro Retanroko mengaku, sudah dua tahun mengembangkan ukir foto motif rayap. Bentuk unik dan nyentrik menjadi pilihannya menekuni profesinya. Meskipun butuh proses lama namun seluruh pelanggan sabar menunggu untuk hasil yang maksimal.
“Saya menekuni seni ukir manual ini karena saat ini banyak ukir yang memanfaatkan teknologi digital,” Akunya.
Hasil karya perajin ini diharga setimpal dengan kerumitan dari ukirannya. Paling murah ukuran kecil untuk satu foto diharga 400 ribu hingga termahal bisa mencapai jutaan tergantung ukurannya.
Tidak heran karya tangan pemuda ini banyak dipesan ke Daerah Yogjakarta, Bandung hingga sejumlah Kota di Jawa Timur. (ful/rok)