TUBAN - Mahalnya harga kedelai impor, membuat jumlah produksi perajin tempe tradisional di Kabupaten Tuban menurun hingga 20 persen. Kondisi ini salah satunya dirasakan oleh Purwati, perajin tempe di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban, pada Jumat (30/09/2022) pagi.
Ia mengeluhkan mahalnya harga kedelai impor yang terus mengalami kenaikan. Sebagai bahan baku utama pembuatan tempe, harga kedelai impor saat ini sangatlah tinggi. Jika dibandingkan harga normal, selisih harga kedelai impor saat ini mencapai Rp. 5000 rupiah per kilogram.
“Dibanding harga normal sebelumnya selisihnya banyak mas, sampai 5 ribu per kilonya,” ungkapnya saat ditemui JTV.
Harga kedelai impor kini nyaris menembus Rp13.000 per kilogram. Padahal pada kondisi normal kedelai impor hanya dijual antara Rp7.000 sampai Rp8.000 per kilogram.
Para perajin tempe mengaku tetap memproduksi tempe, untuk menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, tanpa merugi. Namun, melambungnya harga kedelai impor mulai membuat para pelaku usaha kecil ini resah.
“Sebab, jika harus menaikan harga resikonya lebih berat yaitu ditinggal para pelanggan mas,” jelasnya Purwati.
Kondisi ini memaksa mereka memperkecil ukuran tempe hingga dua puluh persen. Bahkan, produksi harian yang biasanya mencapai 100 kuintal per hari, kini dikurangi menjadi 70 kilogram per hari.
“Untuk mensiasati, tempenya dikecilkan ukurannya mas karena gak bisa menaikan harga. Produksi mulai Agustus lalu saya kurangi. Biasanya satu kuintal dikurangi jadi 70 kilogram,” ujar Purwati.
Para perajin tempe berharap, harga kedelai bisa turun ke harga normal. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, maka perajin tempe tradisional terancam gulung tikar. (dzi/rok)