BOJONEGORO - Tanaman kopi umumnya hanya dapat tumbuh dan mudah ditemukan di pegunungan maupun dataran tinggi beriklim dingin dan sejuk. Namun, siapa sangka kebun kopi kini juga dapat dijumpai di dataran rendah di Bojonegoro yang justru beriklim panas. Tak hanya sekedar tumbuh subur, namun ternyata juga mampu berbuah lebat dan bernilai ekonomis tinggi.
Budidaya kopi di daerah beriklim panas tersebut dilakukan oleh Lilik Budi Wiyoto, warga Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro. Awalnya, keberhasilan Budi ini tak ada yang menyangka. Bahkan, cenderung diragukan.
“Sebab, tanaman kopi dinilai tak cocok dan sulit tumbuh di Wilayah Bojonegoro yang cenderung beriklim panas,” ungkap Pria 38 tahun ini kepada JTV Senin (19/09/2022).
Namun, berkat keuletan dan sejumlah percobaan, ternyata ia berhasil menyulap pekarangan rumahnya, menjadi perkebunan kopi yang rindang dan hijau. Budi mengungkapkan, ide awal bertanam kopi sudah ia mulai sejak tahun 2018 silam.
Saat itu, ia yang masih menganggur berfikir untuk memanfaatkan pekarangan rumahnya yang kosong menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Ia pun mencoba bertanam kopi dari benih yang ia dapat gratis dari seorang petani di daerah Gunung Ringgit.
“Awalnya berawal dari memanfaatkan pekarangan rumah yang kosong untuk ditanami kopi, tapi saya juga belajar dari seorang petani di daerah Gunung Ringgit,” jelasnya.
Setelah mempelajari syarat tumbuh dan perilaku tanaman kopi. Ia pun berhasil mempraktekkannya dan ternyata dapat tumbuh hingga berhasil panen. Hingga saat ini, sudah ada 150 pohon kopi dari empat jenis varietas berbeda berhasil ditanam.
“Ini sekarang ada 150 pohon dengan empat varietas, diantaranya robusta, arabika, liberika, dan ekselsa,” imbuhnya.
Budi menambahkan, rata-rata per pohon kopi yang ditanamnya ini, mampu menghasilkan lebih dari tiga kilogram biji kopi sekali panen. Adapun seluruh hasil panen, untuk sementara ini masih diolah secara mandiri.
“Sekali panen mampu menghasilkan 3 kilo kopi dan ini masih saya olah secara mandiri,” tambahnya.
Kopi hasil panen ia proses untuk memenuhi permintaan para penikmat kopi yang berkunjung dikedainya. Kedai kopi yang juga dikelola Budi ini memang tak pernah sepi. Selain rasa kopi yang nikmat dan mantap. Kopi hasil racikan dan seduhan juga memiliki ciri khas tersendiri dibanding kopi pada umunya.
Tak hanya memiliki aroma yang lebih sedap dan menyengat. Para pengunjung yang datang juga dapat melihat langsung proses pemetikan kopi hingga proses pengolahnya. Hal ini disebabkan lokasi kedai, tepat berada ditengah-tengah kebun kopi yang rindang dan sejuk.
“Kesini karena pengen lihat langsung proses petik hingga pengolahannya. Selain itu juga pengen menikmati langsung kopi yang dihasilkan, dan ternyata rasanya sedap dan nikmat,” tutur Yudi, salah satu pengunjung.
Kedepan, Budi berharap budidaya kopi yang kini masih terbatas di pekarangan rumah ini. Nantinya dapat terus berkembang dan banyak petani di Bojonegoro yang tertarik untuk bersama-sama menanam kopi. Selain itu melalui budidaya dan usaha kopi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar, dari segi ekonomi maupun kesejahteraan. (lim/rok)
Budidaya kopi di daerah beriklim panas tersebut dilakukan oleh Lilik Budi Wiyoto, warga Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro. Awalnya, keberhasilan Budi ini tak ada yang menyangka. Bahkan, cenderung diragukan.
“Sebab, tanaman kopi dinilai tak cocok dan sulit tumbuh di Wilayah Bojonegoro yang cenderung beriklim panas,” ungkap Pria 38 tahun ini kepada JTV Senin (19/09/2022).
Namun, berkat keuletan dan sejumlah percobaan, ternyata ia berhasil menyulap pekarangan rumahnya, menjadi perkebunan kopi yang rindang dan hijau. Budi mengungkapkan, ide awal bertanam kopi sudah ia mulai sejak tahun 2018 silam.
Saat itu, ia yang masih menganggur berfikir untuk memanfaatkan pekarangan rumahnya yang kosong menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Ia pun mencoba bertanam kopi dari benih yang ia dapat gratis dari seorang petani di daerah Gunung Ringgit.
“Awalnya berawal dari memanfaatkan pekarangan rumah yang kosong untuk ditanami kopi, tapi saya juga belajar dari seorang petani di daerah Gunung Ringgit,” jelasnya.
Setelah mempelajari syarat tumbuh dan perilaku tanaman kopi. Ia pun berhasil mempraktekkannya dan ternyata dapat tumbuh hingga berhasil panen. Hingga saat ini, sudah ada 150 pohon kopi dari empat jenis varietas berbeda berhasil ditanam.
“Ini sekarang ada 150 pohon dengan empat varietas, diantaranya robusta, arabika, liberika, dan ekselsa,” imbuhnya.
Budi menambahkan, rata-rata per pohon kopi yang ditanamnya ini, mampu menghasilkan lebih dari tiga kilogram biji kopi sekali panen. Adapun seluruh hasil panen, untuk sementara ini masih diolah secara mandiri.
“Sekali panen mampu menghasilkan 3 kilo kopi dan ini masih saya olah secara mandiri,” tambahnya.
Kopi hasil panen ia proses untuk memenuhi permintaan para penikmat kopi yang berkunjung dikedainya. Kedai kopi yang juga dikelola Budi ini memang tak pernah sepi. Selain rasa kopi yang nikmat dan mantap. Kopi hasil racikan dan seduhan juga memiliki ciri khas tersendiri dibanding kopi pada umunya.
Tak hanya memiliki aroma yang lebih sedap dan menyengat. Para pengunjung yang datang juga dapat melihat langsung proses pemetikan kopi hingga proses pengolahnya. Hal ini disebabkan lokasi kedai, tepat berada ditengah-tengah kebun kopi yang rindang dan sejuk.
“Kesini karena pengen lihat langsung proses petik hingga pengolahannya. Selain itu juga pengen menikmati langsung kopi yang dihasilkan, dan ternyata rasanya sedap dan nikmat,” tutur Yudi, salah satu pengunjung.
Kedepan, Budi berharap budidaya kopi yang kini masih terbatas di pekarangan rumah ini. Nantinya dapat terus berkembang dan banyak petani di Bojonegoro yang tertarik untuk bersama-sama menanam kopi. Selain itu melalui budidaya dan usaha kopi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar, dari segi ekonomi maupun kesejahteraan. (lim/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News