TUBAN - Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kabupaten Tuban, mampu meraup rupiah dari kerajinan batik ecoprint. Memanfaatkan tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar, tercipta berbagai produk fashion bernilai jual tinggi. Bahkan tak hanya diminati warga lokal, beberapa produknya juga telah menembus pasar internasional.
IRT pengrajin batik ecoprint tersebut adalah Fitrah Faradisa, warga Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban. Disela-sela merawat anak-anaknya, wanita 41 tahun ini menyempatkan waktu membuat batik ecoprint.
Bahan-bahannya dikumpulkan Fitrah dari tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar. Seperti bunga kenikir, daun kenikir, bunga kamboja, kembang jati, daun jati, jarak lanang, ekor kucing, serta bagian tumbuhan lain yang mengandung zat tanin.
Pembuatan batik ecoprint gampang-gampang susah. Bahan-bahan yang digunakan hanya perlu ditata pada selembar kain putih. Proses ini membutuhkan imajinasi dan kreativitas tinggi, karena akan menentukan corak yang dihasilkan.
Selanjutnya kain digulung menggunakan tongkat dan plastik hitam, lalu dikukus selama beberapa jam. Setelah itu kain diangkat dan dijemur di bawah terik matahari. Seluruh proses ini dikerjakan Fitrah sendiri. Namun untuk menjadikan produk siap pakai, fitrah bekerja sama dengan pengrajin lain.
Usaha rumahan ini digeluti Fitrah sejak tahun 2019 lalu. Berawal dari hobi membuat kerajinan tangan, ibu tiga anak ini mencoba belajar batik ecoprint. Memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produknya telah mampu menembus luar negeri, seperti Australia dan Brunei Darussalam.
“Pemasaran mulai lokal Tuban juga luar daerah. Ada dari Bangka, Sumatera, juga Australia dan Brunei Darussalam,” ungkap Fitrah kepada JTV Rabu (05/10/2022).
Berbagai produk kerajinan batik ecoprint mampu dihasilkan. Diantaranya berupa pakaian wanita, kemeja, kaos, jaket, sepatu, tas, dompet, hingga tempat pensil. Harga yang dipatok mulai Rp25.000 untuk tempat pensil, hingga tas berkisar Rp750.000 sampai Rp1.300.000. Sementara kain dijual antara Rp300.000 sampai Rp700.000 per lembar, bergantung bahan dan ukuran.
“Produknya sekarang ini beragam, dari awalnya kain, kini ada kemeja, jaket, tas sepatu, tempat pensil dan fashion lainnya,” imbuhnya.
Keterbatasan waktu dan tenaga membuat fitrah membatasi jumlah produksi maksimal 15 lembar kain batik ecoprint per minggu. Meski demikian, fitra mampu meraup rupiah sambil mengurus rumah dan anak-anak.
“Satu bulan penjualan mencapai 70 pcs, tempat pensil, topi dan tas, serta baju,” tutupnya. (dzi/rok)
IRT pengrajin batik ecoprint tersebut adalah Fitrah Faradisa, warga Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban. Disela-sela merawat anak-anaknya, wanita 41 tahun ini menyempatkan waktu membuat batik ecoprint.
Bahan-bahannya dikumpulkan Fitrah dari tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar. Seperti bunga kenikir, daun kenikir, bunga kamboja, kembang jati, daun jati, jarak lanang, ekor kucing, serta bagian tumbuhan lain yang mengandung zat tanin.
Pembuatan batik ecoprint gampang-gampang susah. Bahan-bahan yang digunakan hanya perlu ditata pada selembar kain putih. Proses ini membutuhkan imajinasi dan kreativitas tinggi, karena akan menentukan corak yang dihasilkan.
Selanjutnya kain digulung menggunakan tongkat dan plastik hitam, lalu dikukus selama beberapa jam. Setelah itu kain diangkat dan dijemur di bawah terik matahari. Seluruh proses ini dikerjakan Fitrah sendiri. Namun untuk menjadikan produk siap pakai, fitrah bekerja sama dengan pengrajin lain.
Usaha rumahan ini digeluti Fitrah sejak tahun 2019 lalu. Berawal dari hobi membuat kerajinan tangan, ibu tiga anak ini mencoba belajar batik ecoprint. Memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produknya telah mampu menembus luar negeri, seperti Australia dan Brunei Darussalam.
“Pemasaran mulai lokal Tuban juga luar daerah. Ada dari Bangka, Sumatera, juga Australia dan Brunei Darussalam,” ungkap Fitrah kepada JTV Rabu (05/10/2022).
Berbagai produk kerajinan batik ecoprint mampu dihasilkan. Diantaranya berupa pakaian wanita, kemeja, kaos, jaket, sepatu, tas, dompet, hingga tempat pensil. Harga yang dipatok mulai Rp25.000 untuk tempat pensil, hingga tas berkisar Rp750.000 sampai Rp1.300.000. Sementara kain dijual antara Rp300.000 sampai Rp700.000 per lembar, bergantung bahan dan ukuran.
“Produknya sekarang ini beragam, dari awalnya kain, kini ada kemeja, jaket, tas sepatu, tempat pensil dan fashion lainnya,” imbuhnya.
Keterbatasan waktu dan tenaga membuat fitrah membatasi jumlah produksi maksimal 15 lembar kain batik ecoprint per minggu. Meski demikian, fitra mampu meraup rupiah sambil mengurus rumah dan anak-anak.
“Satu bulan penjualan mencapai 70 pcs, tempat pensil, topi dan tas, serta baju,” tutupnya. (dzi/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News