TUBAN - Umumnya daun jati digunakan sebagai bungkus makanan. Namun, di Kabupaten Tuban, daun jati justru disulap menjadi makanan ringan. Penggagas camilan unik ini adalah Ivon Meyrinda, warga Desa Kowang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Ibu dua anak tersebut, setiap harinya sibuk mengumpulkan daun jati di sekitar rumahnya. Bukanya digunakan sebagai bungkus makanan, namun daun jati ini nantinya akan diolah menjadi makanan ringan yang berfungsi meningkatkan metabolisme lemak tubuh.
Wanita 25 tahun tersebut mengungkapkan, usaha ini dirintis setelah terinspirasi lingkungan hutan jati yang ada di desa setempat. Ia kemudian mencoba membuat usaha yang tak mengeluarkan banyak biaya.
Dengan memanfaatkan daun jati yang banyak ditemukan disekitar rumahnya, ia berinovasi membuat keripik berbahan dasar daun jati.
“Terinspirasi dari lingkungan sini, karena kebetulan banyak pohon jati. Lalu saya berfikir bagaimana membuat usaha yang tidak keluar banyak biaya, tapi bisa laku. Lalu saya berinovasi membuat keripik daun jati,” ungkap Ivon Meyrinda saat ditemui JTV, Senin (24/10/2022).
Proses pembuatan keripik daun jati ini cukup mudah. Pertama daun jati muda yang terkumpul dicuci dan direbus untuk menghilangkan rasa gatal pada daun. Setelah direbus, daun jati kemudian dicuci lagi dan dimasukan kedalam adonan tepung yang sudah disiapkan sebelumnya.
Daun jati ini kemudian digoreng, hingga mengeras. Setelah itu, keripik ini kemudian ditiriskan dan dicampur dengan bumbu olahan sendiri. Langkah terakhir, daun jati ini dimasukan kedalam kemasan, dan siap untuk dijual.
“Prosesnya cukup mudah mas, kita ambil daun jati muda, lalu dibersihkan dan diolah. Sedangkan untuk bumbunya, kita punya resep rahasia sendiri,” jelas Ibu dua anak tersebut.
Dalam pemasaranya, Ivon Meyrinda memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, dan whatsapp. Setelah ada pesanan, akan dikemas dan dikirim melalui jasa ekspedisi.
Dalam satu bulan, keripik daun jati ini mampu terjual hingga 1000 pcs. Tak hanya dari sekitaran kota, keripik berbahan dasar daun jati ini mampu terjual hingga luar provinsi, seperti Bali, Sumedang, hingga Jakarta.
“Tersedia beberapa varian rasa seperti original, pedas bawang goreng, dan rumput laut. Dalam satu pcs keripik daun jati dengan berat 100 gram dijual dengan harga Rp. 10.000,” terang Ivon.
Rasanya yang gurih dan lezat, membuat keripik daun jati ini banyak diminati oleh masyarakat, sebagai lauk makan ataupun cemilan dirumah.
“Penasaran mas, jadi coba beli, rasanya ternyata renyah dan gurih,” kata Nandar, Pembeli asal Merakurak Tuban yang datang ke lokasi produksi. (dzi/rok)
Ibu dua anak tersebut, setiap harinya sibuk mengumpulkan daun jati di sekitar rumahnya. Bukanya digunakan sebagai bungkus makanan, namun daun jati ini nantinya akan diolah menjadi makanan ringan yang berfungsi meningkatkan metabolisme lemak tubuh.
Wanita 25 tahun tersebut mengungkapkan, usaha ini dirintis setelah terinspirasi lingkungan hutan jati yang ada di desa setempat. Ia kemudian mencoba membuat usaha yang tak mengeluarkan banyak biaya.
Dengan memanfaatkan daun jati yang banyak ditemukan disekitar rumahnya, ia berinovasi membuat keripik berbahan dasar daun jati.
“Terinspirasi dari lingkungan sini, karena kebetulan banyak pohon jati. Lalu saya berfikir bagaimana membuat usaha yang tidak keluar banyak biaya, tapi bisa laku. Lalu saya berinovasi membuat keripik daun jati,” ungkap Ivon Meyrinda saat ditemui JTV, Senin (24/10/2022).
Proses pembuatan keripik daun jati ini cukup mudah. Pertama daun jati muda yang terkumpul dicuci dan direbus untuk menghilangkan rasa gatal pada daun. Setelah direbus, daun jati kemudian dicuci lagi dan dimasukan kedalam adonan tepung yang sudah disiapkan sebelumnya.
Daun jati ini kemudian digoreng, hingga mengeras. Setelah itu, keripik ini kemudian ditiriskan dan dicampur dengan bumbu olahan sendiri. Langkah terakhir, daun jati ini dimasukan kedalam kemasan, dan siap untuk dijual.
“Prosesnya cukup mudah mas, kita ambil daun jati muda, lalu dibersihkan dan diolah. Sedangkan untuk bumbunya, kita punya resep rahasia sendiri,” jelas Ibu dua anak tersebut.
Dalam pemasaranya, Ivon Meyrinda memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, dan whatsapp. Setelah ada pesanan, akan dikemas dan dikirim melalui jasa ekspedisi.
Dalam satu bulan, keripik daun jati ini mampu terjual hingga 1000 pcs. Tak hanya dari sekitaran kota, keripik berbahan dasar daun jati ini mampu terjual hingga luar provinsi, seperti Bali, Sumedang, hingga Jakarta.
“Tersedia beberapa varian rasa seperti original, pedas bawang goreng, dan rumput laut. Dalam satu pcs keripik daun jati dengan berat 100 gram dijual dengan harga Rp. 10.000,” terang Ivon.
Rasanya yang gurih dan lezat, membuat keripik daun jati ini banyak diminati oleh masyarakat, sebagai lauk makan ataupun cemilan dirumah.
“Penasaran mas, jadi coba beli, rasanya ternyata renyah dan gurih,” kata Nandar, Pembeli asal Merakurak Tuban yang datang ke lokasi produksi. (dzi/rok)