TUBAN - Musim tanam tahun ini disambut gundah oleh para petani di Kabupaten Tuban. Pasalnya, para petani setempat kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Kondisi ini salah satunya dirasakan para petani di Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Sabtu (29/10/2022).
Paska tanam jagung, para petani setempat biasanya disibukkan dengan menabur pupuk di ladang. Namun, kini mereka terpaksa mengurangi jumlah penggunaan pupuk, akibat langkanya pupuk bersubsidi.
Paijan, salah satu petani desa setempat mengaku, hanya mendapat jatah 3 paket pupuk bersubsidi. Padahal, kebutuhannya mencapai 10 paket pupuk.
“Perpaket pupuk bersubsidi harganya 300 rupiah. Dapat jatah 3 paket, padahal butuhnya 10 paket,” keluhnya kepada JTV.
Kelangkaan pupuk bersubsidi ini membuat sebagian petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang dijual dengan harga antara 550 ribu hingga 560 ribu rupiah perpaketnya. Hal ini terpaksa mereka lakukan, agar tanaman jagung mereka bisa tumbuh optimal.
“Kekurangannya saya beli pupuk biasa, harganya mahal. Ada yang jual 550 ribu, ada juga yang 560 ribu,” ungkap Paijan.
Kelangkaan pupuk bersubsidi ini juga membuat sebagian petani memilih mengurangi jumlah penggunaan pupuk. Hal ini dilakukan, agar biaya produksi yang mereka keluarkan tidak membengkak.
Selain dibuat resah dengan kelangkaan pupuk bersubsidi, para petani juga dihadapkan dengan hama tikus dan ulat.
“Nggak hanya pupuk saja mas. Kami juga dihadapkan dengan hama tikus dan ulat,” jelas Anam, petani lain.
Para petani berharap, pihak terkait segera turun tangan mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi ini. (dzi/rok)
Paska tanam jagung, para petani setempat biasanya disibukkan dengan menabur pupuk di ladang. Namun, kini mereka terpaksa mengurangi jumlah penggunaan pupuk, akibat langkanya pupuk bersubsidi.
Paijan, salah satu petani desa setempat mengaku, hanya mendapat jatah 3 paket pupuk bersubsidi. Padahal, kebutuhannya mencapai 10 paket pupuk.
“Perpaket pupuk bersubsidi harganya 300 rupiah. Dapat jatah 3 paket, padahal butuhnya 10 paket,” keluhnya kepada JTV.
Kelangkaan pupuk bersubsidi ini membuat sebagian petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang dijual dengan harga antara 550 ribu hingga 560 ribu rupiah perpaketnya. Hal ini terpaksa mereka lakukan, agar tanaman jagung mereka bisa tumbuh optimal.
“Kekurangannya saya beli pupuk biasa, harganya mahal. Ada yang jual 550 ribu, ada juga yang 560 ribu,” ungkap Paijan.
Kelangkaan pupuk bersubsidi ini juga membuat sebagian petani memilih mengurangi jumlah penggunaan pupuk. Hal ini dilakukan, agar biaya produksi yang mereka keluarkan tidak membengkak.
Selain dibuat resah dengan kelangkaan pupuk bersubsidi, para petani juga dihadapkan dengan hama tikus dan ulat.
“Nggak hanya pupuk saja mas. Kami juga dihadapkan dengan hama tikus dan ulat,” jelas Anam, petani lain.
Para petani berharap, pihak terkait segera turun tangan mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi ini. (dzi/rok)