TUBAN - Pemuda di Kabupaten Tuban, meraup cuan jutaan rupiah per bulannya dari usaha briket berbahan limbah batok kelapa. Dibantu 4 pekerjanya, dalam satu bulan mampu diproduksi 9 ton briket batok kelapa yang dikirim ke berbagai daerah di Pulau Jawa.
Pemilik usaha briket tersebut adalah Latif Wahyudi, 23 tahun. Di tempat sederhana di Desa Kapu, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Latif terus disibukkan dengan banyaknya pesanan briket berbahan limbah batok kelapa.
Bersama 4 pekerjanya, setiap harinya pemuda lulusan sarjana teknik kimia ini mengolah limbah arang batok kelapa menjadi briket dengan nilai ekonomis tinggi. Hasil residu atau filter arang batok kelapa tersebut, ia beli dari pabrik.
Untuk mengolahnya menjadi briket, butuh beberapa tahapan. Pertama-tama, arang batok kelapa dicampur dengan beberapa bahan perekat dan air. Hasilnya, kemudian dimasukan kedalam mesin pencetakan.
Setelah keluar sesuai bentuk, briket setengah jadi ini selanjutnya dipotong sesuai ukuran. Terakhir, briket yang telah dipotong-potong dijemur dibawah terik sinar matahari. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu paling cepat 3 hari. Setelah kering dan dicek kualitasnya, briket limbah batok kelapa ini siap dipasarkan.
Latif Wahyudi mengungkapkan, usaha ini ia pelajari sejak duduk di bangku SMK. Setelah lulus kuliah, anak tunggal pasangan Warsito dan Sukarsi ini kemudian memberanikan diri memproduksi briket secara massal. Meski demikian, ia butuh waktu satu tahun untuk mempersiapkan peralatan hingga bahan bakunya.
“Kalau ilmu dasarnya di SMK. Dulu saya sering ikut lomba. Setelah lulus kuliah saya persiapkan segala sesuatunya sekitar 1 tahun, kemudian saya buat briket berbahan residu arang batok kelapa yang saya dapat dari sebuah pabrik,” jelas Latif saat ditemui JTV, Senin (17/10/2022).
Dalam satu bulan, usaha briket milik Latif ini mampu memproduksi 9 ton briket yang dikirim ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Satu kilogram briket dijual antara 4.500 hingga 5.000 rupiah, tergantung banyaknya jumlah pesanan.
“Pembelinya dari lokalan pulau jawa. Ada dari Surabaya, Jombang, Sidoarjo, Gresik, Demak, dan sekitarnya,” imbuhnya.
Banyaknya permintaan briket, membuat cuan jutaan rupiah terus mengalir tiap bulannya. Briket ini biasanya digunakan oleh pembeli sebagai pengganti LPG untuk penghangat ternak ayam, hingga keperluan memanggang.
“Rata-rata dibuat bakaran sate barbeque dan penggati pemanas kandang ayam,” tutupnya. (dzi/rok)
Pemilik usaha briket tersebut adalah Latif Wahyudi, 23 tahun. Di tempat sederhana di Desa Kapu, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Latif terus disibukkan dengan banyaknya pesanan briket berbahan limbah batok kelapa.
Bersama 4 pekerjanya, setiap harinya pemuda lulusan sarjana teknik kimia ini mengolah limbah arang batok kelapa menjadi briket dengan nilai ekonomis tinggi. Hasil residu atau filter arang batok kelapa tersebut, ia beli dari pabrik.
Untuk mengolahnya menjadi briket, butuh beberapa tahapan. Pertama-tama, arang batok kelapa dicampur dengan beberapa bahan perekat dan air. Hasilnya, kemudian dimasukan kedalam mesin pencetakan.
Setelah keluar sesuai bentuk, briket setengah jadi ini selanjutnya dipotong sesuai ukuran. Terakhir, briket yang telah dipotong-potong dijemur dibawah terik sinar matahari. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu paling cepat 3 hari. Setelah kering dan dicek kualitasnya, briket limbah batok kelapa ini siap dipasarkan.
Latif Wahyudi mengungkapkan, usaha ini ia pelajari sejak duduk di bangku SMK. Setelah lulus kuliah, anak tunggal pasangan Warsito dan Sukarsi ini kemudian memberanikan diri memproduksi briket secara massal. Meski demikian, ia butuh waktu satu tahun untuk mempersiapkan peralatan hingga bahan bakunya.
“Kalau ilmu dasarnya di SMK. Dulu saya sering ikut lomba. Setelah lulus kuliah saya persiapkan segala sesuatunya sekitar 1 tahun, kemudian saya buat briket berbahan residu arang batok kelapa yang saya dapat dari sebuah pabrik,” jelas Latif saat ditemui JTV, Senin (17/10/2022).
Dalam satu bulan, usaha briket milik Latif ini mampu memproduksi 9 ton briket yang dikirim ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Satu kilogram briket dijual antara 4.500 hingga 5.000 rupiah, tergantung banyaknya jumlah pesanan.
“Pembelinya dari lokalan pulau jawa. Ada dari Surabaya, Jombang, Sidoarjo, Gresik, Demak, dan sekitarnya,” imbuhnya.
Banyaknya permintaan briket, membuat cuan jutaan rupiah terus mengalir tiap bulannya. Briket ini biasanya digunakan oleh pembeli sebagai pengganti LPG untuk penghangat ternak ayam, hingga keperluan memanggang.
“Rata-rata dibuat bakaran sate barbeque dan penggati pemanas kandang ayam,” tutupnya. (dzi/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News