TUBAN - Seorang wanita asal Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, mampu menghasilkan pundi-pundi cuan dari bunga telang. Ia adalah Retno Nur Hidayati. Setiap harinya, wanita 54 tahun ini merawat dan memetik bunga telang yang sengaja dibudidayakan di sekitar rumahnya.
Butuh sedikit ketelatenan, sebab tumbuhan liar ini dapat cepat merambat kemana-mana. Bunga berwarna biru keunguan yang tengah mekar dan masih segar ini dipetik dan kemudian diolah menjadi berbagai produk minuman kaya manfaat.
Diantaranya dalam bentuk buang kering, minuman instan, minuman telang-rempah, serta sirup bunga telang. Namun dari sekian jenis produk, permintaan terhadap bunga kering paling tinggi.
Setiap produk memiliki tingkat kesulitan produksi berbeda-beda. Untuk bunga telang kering hanya dibutuhkan alat pengering modifikasi berupa lemari kayu dengan lampu pijar. Proses ini membutuhkan waktu antara 36 jam hingga 48 jam atau dua hari dua malam.
Minimnya sumber bahan baku membuat Retno harus membatasi pesanan. Dalam satu bulan produksi telang kering sebesar 30 sampai 40 kilogram untuk memenuhi permintaan ekspor ke perancis dan pesanan dalam negeri. Sementara minuman instan berkisar 12 kilogram per bulan.
“Dalam satu bulan yang instan pesanan mencapai 10 kilo sampai 12 kilo. Kalau bunga kering dikirim ke Prancis, pesanan tiap bulan paling antara 30 kilo sampai 40 kilo,” jelas Retno saat kepada JTV, Senin (10/10/2022).
Harga yang dipatok tidak terlalu mahal. Bunga telang kering dijual Rp40.000 per kemasan 35 gram dan Rp25.000 per kemasan 25 gram. Sementara telang siap minum dijual Rp10.000 per botol. Sedangkan produk telang bubuk kemasan 300 gram dijual Rp55.000 dan 150 gram Rp25.000.
“Pemasaran lokal dari teman sendiri seluruh Indonesia. Ada juga yang pesan lewat media sosial,” imbuh Ibu 3 anak ini.
Minimnya bahan baku masih menjadi kendala utama bagi Retno mengembangkan usahanya. IA berencana mengajak masyarakat untuk ikut membudidayakan bunga telang, dan membeli hasil panennya.
“Karena permintaan tinggi, akhirnya saya kasih bibit ke teman saya dan nanti saya beli bunganya untuk dijual,” tegasnya.
Sementara itu, bunga telang kering lebih diminati karena diolah tanpa campuran bahan lain, baik rempah maupun gula. Sehingga pembeli dapat membuat minumannya sesuai selera, dengan takaran gula secukupnya. Meski demikian, telang instan memiliki penggemar sendiri karena penikmatnya tanpa perlu repot-repot.
“Bunga telang ini informasinya antioksidannya tinggi, sehingga bisa digunakan control gula darah. Ini baru pertama minum, tapi mungkin akan jadi rutinan karena memang rasanya enak dan segar,” ungkap Edy Purnomo, salah satu penikmat minuman bunga telang. (dzi/rok)
Butuh sedikit ketelatenan, sebab tumbuhan liar ini dapat cepat merambat kemana-mana. Bunga berwarna biru keunguan yang tengah mekar dan masih segar ini dipetik dan kemudian diolah menjadi berbagai produk minuman kaya manfaat.
Diantaranya dalam bentuk buang kering, minuman instan, minuman telang-rempah, serta sirup bunga telang. Namun dari sekian jenis produk, permintaan terhadap bunga kering paling tinggi.
Setiap produk memiliki tingkat kesulitan produksi berbeda-beda. Untuk bunga telang kering hanya dibutuhkan alat pengering modifikasi berupa lemari kayu dengan lampu pijar. Proses ini membutuhkan waktu antara 36 jam hingga 48 jam atau dua hari dua malam.
Minimnya sumber bahan baku membuat Retno harus membatasi pesanan. Dalam satu bulan produksi telang kering sebesar 30 sampai 40 kilogram untuk memenuhi permintaan ekspor ke perancis dan pesanan dalam negeri. Sementara minuman instan berkisar 12 kilogram per bulan.
“Dalam satu bulan yang instan pesanan mencapai 10 kilo sampai 12 kilo. Kalau bunga kering dikirim ke Prancis, pesanan tiap bulan paling antara 30 kilo sampai 40 kilo,” jelas Retno saat kepada JTV, Senin (10/10/2022).
Harga yang dipatok tidak terlalu mahal. Bunga telang kering dijual Rp40.000 per kemasan 35 gram dan Rp25.000 per kemasan 25 gram. Sementara telang siap minum dijual Rp10.000 per botol. Sedangkan produk telang bubuk kemasan 300 gram dijual Rp55.000 dan 150 gram Rp25.000.
“Pemasaran lokal dari teman sendiri seluruh Indonesia. Ada juga yang pesan lewat media sosial,” imbuh Ibu 3 anak ini.
Minimnya bahan baku masih menjadi kendala utama bagi Retno mengembangkan usahanya. IA berencana mengajak masyarakat untuk ikut membudidayakan bunga telang, dan membeli hasil panennya.
“Karena permintaan tinggi, akhirnya saya kasih bibit ke teman saya dan nanti saya beli bunganya untuk dijual,” tegasnya.
Sementara itu, bunga telang kering lebih diminati karena diolah tanpa campuran bahan lain, baik rempah maupun gula. Sehingga pembeli dapat membuat minumannya sesuai selera, dengan takaran gula secukupnya. Meski demikian, telang instan memiliki penggemar sendiri karena penikmatnya tanpa perlu repot-repot.
“Bunga telang ini informasinya antioksidannya tinggi, sehingga bisa digunakan control gula darah. Ini baru pertama minum, tapi mungkin akan jadi rutinan karena memang rasanya enak dan segar,” ungkap Edy Purnomo, salah satu penikmat minuman bunga telang. (dzi/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News