TUBAN - Datangnya musim penghujan, membuat biaya produksi krupuk lembang di Kabupaten Tuban membengkak. Kondisi ini salah satunya dirasakan produsen krupuk lembang di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, pada Jumat (04/11/2022) siang.
Bahan kerupuk lembang yang masih basah ini, biasanya dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. Namun, tingginya curah hujan dalam 3 pekan terakhir, membuat bahan kerupuk terpaksa dikeringkan menggunakan mesin pengering atau oven.
Jika pada musim kemarau, produsen krupuk disini mampu memproduksi 6 ton bahan menjadi krupuk. Namun, pada musim penghujan, produsen krupuk hanya mampu memproduksi 4 ton saja.
Itupun, dalam proses pengeringannya harus menggunakan mesin pengering, dengan bahan bakar sebanyak 14 tabung LPG melon per harinya. Kondisi ini membuat biaya produksi membengkak hingga Rp.200.000 per hari.
“Kalau hujan jelas biaya membengkak mas. Soalnya tambah untuk beli LPG 14 tabung perhari. Bengkaknya sampai 200 ribu perhari,” ungkap Mohammad Prayidno, salah satu pekerja pabrik krupuk setempat kepada JTV.
Meski demikian, harga penjualan krupuk masih tetap sama alias tidak mengalami kenaikan. 1.000 kerupuk lembang dijual dengan harga Rp.170.000. Kerupuk lembang ini, biasanya dipasarkan di berbagai kecamatan di Kabupaten Tuban serta Kabupaten Lamongan.
“Meski hujan kami tetap harus memenuhi permintaan pelanggan, sehingga pengeringan menggunakan oven. Krupuk disini biasanya dikirim ke wilayah Tuban sini, sama Lamongan,” tutup Prayidno. (dzi/rok)