BOJONEGORO - Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) non migas Kabupaten Bojonegoro di 2021 tumbuh sebesar 3,55 persen. Kenaikan ini membuktikan pertumbuhan ekonomi Bojonegoro dari sektor non migas mampu tumbuh positif. Capaian kinerja indikator makro Pemkab Bojonegoro ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah rilis Maret 2022 lalu dan bersinergi melalui Portal Satu Data Bojonegoro.
Pada 2020, PDRB non migas Kabupaten Bojonegoro mengalami minus 1,09 persen sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Sehingga dengan capaian pertumbuhan positif 3,55 persen tahun 2021 membuktikan bahwa sektor riil sudah mampu bergerak pasca pandemi.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bojonegoro Anwar Mukhtadlo menjelaskan, PDRB merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur kegiatan ekonomi suatu wilayah terkait dengan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan oleh suatu wilayah domestik. Sementara, perhitungan PDRB berdasarkan ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) pada periode penghitungan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian dan ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) atau riil disusun berdasarkan pada tahun dasar (saat ini tahun 2010) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
“Sementara untuk pertumbuhan ekonomi migas Bojonegoro di 2021 berdasarkan rilis data BPS Maret 2022 jika dibanding pada 2020 mengalami kontraksi -5,54 persen. Hal ini dikarenakan dominasi sektor pertambangan dan penggalian, khususnya migas yang mendominasi sekitar 50% dari struktur PDRB Bojonegoro. Saat pandemi sektor migas termasuk yang paling terimbas ditambah adanya penurunan produksi migas (decline) dari 82,9 juta barel tahun 2020 menjadi 76,4 juta barel di tahun 2021. Sehingga karena pengaruh atau dominasinya yang besar, ketika ada goncangan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan. Namun untuk sektor lain di luar migas rata-rata kontribusinya bagus. Terbukti di luar migas kita tumbuh positif 3,55 persen,” jelasnya Rabu (7/12/2022).
Adapun nilai PDRB Kabupaten Bojonegoro Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada 2021 mencapai Rp 83,44 triliun, meningkat dibanding 2020 yang sebesar Rp 70,26 triliun.
Adapun kinerja ekonomi Pemkab Bojonegoro secara riil tergambarkan dari pertumbuhan PDRB non migas. Di antaranya seperti sektor transportasi dan pergudangan mampu mengalami pertumbuhan tertinggi 9,73 persen. Selain itu lapangan usaha perdagangan besar hingga eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 7,34 persen. Juga ada pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah daur ulang, juga mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,26 persen dan 6,82 persen.
Dalam struktur PDRB, selain dominasi migas yang sebesar 50%, sektor yang memiliki kontribusi terbesar kedua adalah pertanian sebesar 11%. Ke depan pertumbuhan sektor pertanian harus didorong apalagi produksi pertanian Kabupaten Bojonegoro tahun 2021 menjadi nomor 3 se-Jawa Timur sebesar 819.097 ton GKG (gabah kering giling).
Terbaru, Pemkab Bojonegoro melaksanakan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bulog terkait optimalisasi produksi padi. Apalagi pertanian juga merupakan sektor yang mampu bertahan di masa pandemi.
Mengingat migas sangat rentan adanya fluktuasi yang disebabkan perubahan kondisi, perlahan dominasi dan ketergantungan terhadap migas harus dikurangi dan diimbangi dengan tumbuhnya sektor-sektor lainnya. Bergeraknya ekonomi Kabupaten Bojonegoro sudah menunjukkan tren yang positif, yang dibuktikan dengan peningkatan nilai investasi.
Sesuai data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bojonegoro, nilai investasi di Kabupaten Bojonegoro terus tumbuh secara signifikan. Nilai investasi Kabupaten Bojonegoro tahun 2021 Rp 11,88 triliun meningkat dibanding tahun 2020 sebesar Rp 11,25 triliun. Adapun realisasi investasi hingga triwulan III tahun 2022 sebesar Rp 3,15 triliun. Belum termasuk investasi migas yang akan masuk di perhitungan akhir tahun. (Red)