TUBAN - Bagi anda pecinta kopi, belum lengkap rasanya jika belum mencicipi kopi khas pesisir utara Kabupaten Tuban. Pasalnya, kopi ini diolah dengan cara unik. Yakni disangrai menggunakan pasir pantai di atas tungku kayu bakar.
Kopi robusta tersebut diproduksi oleh keluarga Suliqkayatun, di Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban. Wanita 53 tahun tersebut setiap memproduksi bubuk kopi khas pesisir utara yang diberi merk “Mbahdok” dengan dibantu dua orang pegawai.
Berbeda dengan kopi pada umumnya. Kopi robusta ini masih diolah secara tradisional. Uniknya lagi biji kopi disangrai menggunakan pasir pantai di atas tungku kayu bakar. Teknik warisan turun temurun ini diyakini dapat membuat kopi matang sempurna dan memberikan citarasa khas.
Proses sangrai hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, lalu biji kopi ditiriskan hingga dingin. Setelah melewati penyortiran, biji kopi kemudian dimasukkan mesin penggilingan. Namun untuk menjaga ciri khas kopi pesisir, bubuk kopi digiling agak kasar.
Suliqkayatun mengungkapkan, usaha kopi rumahan ini sudah digeluti keluarganya sejak tahun 1999 silam. Awalnya, kopi produksinya dijual di pasar-pasar tradisional setempat. Namun, kini kopi warisan keluarga ini telah dikemas lebih modern sehingga mampu masuk swalayan dan pusat oleh-oleh. Harga yang dipatok beragam sesuai ukuran.
“Awalnya ini usaha ibu saya dijual ke pasar lalu saya lanjutkan dengan kemasan lebih bagus dan modern. Resep pembuatan kopinya dari keluarga. Bedanya kami gorengnya masih manual, pakai kayu bakar dan gorenganya pakai pasir. Agar matengnya merata dan bagus warnanya,” paparnya saat ditemui JTV, Kamis (02/02/2023).
Tak hanya digemari warga lokal, kopi pesisir utara dengan merk "Mbahdok" juga banyak diburu pecinta kopi nasional luar daerah. Diantaranya dari Malang, Cilacap, Tangerang, dan Lampung. Namun, keterbatasan alat dan tenaga membuat Suliqkayatun hanya mampu memproduksi 20-25 kilogram bubuk kopi per hari.
“Dipasarkan Tuban dan luar kota, sampai Malang, Lampung, Cilacap, Tangerang,” imbuh Wanita 53 tahun tersebut.
Selain memproduksi kopi dengan kemasan premium, Suliqkayatun juga melayani pembelian bubuk kopi secara curah menggunakan kemasan plastik biasa. Pelanggan kopi curah biasa adalah warung-warung kopi, toko kelontong, serta pedagang pasar tradisional. Harga yang dipatok adalah Rp.60.000 per kilogram. (dzi/rok)
Kopi robusta tersebut diproduksi oleh keluarga Suliqkayatun, di Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban. Wanita 53 tahun tersebut setiap memproduksi bubuk kopi khas pesisir utara yang diberi merk “Mbahdok” dengan dibantu dua orang pegawai.
Berbeda dengan kopi pada umumnya. Kopi robusta ini masih diolah secara tradisional. Uniknya lagi biji kopi disangrai menggunakan pasir pantai di atas tungku kayu bakar. Teknik warisan turun temurun ini diyakini dapat membuat kopi matang sempurna dan memberikan citarasa khas.
Proses sangrai hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, lalu biji kopi ditiriskan hingga dingin. Setelah melewati penyortiran, biji kopi kemudian dimasukkan mesin penggilingan. Namun untuk menjaga ciri khas kopi pesisir, bubuk kopi digiling agak kasar.
Suliqkayatun mengungkapkan, usaha kopi rumahan ini sudah digeluti keluarganya sejak tahun 1999 silam. Awalnya, kopi produksinya dijual di pasar-pasar tradisional setempat. Namun, kini kopi warisan keluarga ini telah dikemas lebih modern sehingga mampu masuk swalayan dan pusat oleh-oleh. Harga yang dipatok beragam sesuai ukuran.
“Awalnya ini usaha ibu saya dijual ke pasar lalu saya lanjutkan dengan kemasan lebih bagus dan modern. Resep pembuatan kopinya dari keluarga. Bedanya kami gorengnya masih manual, pakai kayu bakar dan gorenganya pakai pasir. Agar matengnya merata dan bagus warnanya,” paparnya saat ditemui JTV, Kamis (02/02/2023).
Tak hanya digemari warga lokal, kopi pesisir utara dengan merk "Mbahdok" juga banyak diburu pecinta kopi nasional luar daerah. Diantaranya dari Malang, Cilacap, Tangerang, dan Lampung. Namun, keterbatasan alat dan tenaga membuat Suliqkayatun hanya mampu memproduksi 20-25 kilogram bubuk kopi per hari.
“Dipasarkan Tuban dan luar kota, sampai Malang, Lampung, Cilacap, Tangerang,” imbuh Wanita 53 tahun tersebut.
Selain memproduksi kopi dengan kemasan premium, Suliqkayatun juga melayani pembelian bubuk kopi secara curah menggunakan kemasan plastik biasa. Pelanggan kopi curah biasa adalah warung-warung kopi, toko kelontong, serta pedagang pasar tradisional. Harga yang dipatok adalah Rp.60.000 per kilogram. (dzi/rok)