TUBAN - Tradisi bersedekah takjil gratis dilakukan di Komplek Pemakaman Sunan Bonang di Kelurahan Kutorejo, Kabupaten Tuban, selama bulan suci ramadhan. Begitu mendekati jam pembagian, puluhan warga langsung berebut menjadi yang terdepan untuk mendapatkan bubur suruh Sunan Bonang.
Makanan sederhana tersebut sangat ditunggu-tunggu warga sekitar. Saat pembagian dimulai, baik anak-anak hingga orang dewasa berkumpul dan rela antri demi mendapatkan sepiring bubur untuk takjil buka puasa.
Bagi penikmatnya, bubur suruh Sunan Bonang memiliki rasa khas gurih. Aroma rempah-rempah dan daging sapinya sangat terasa. Banyaknya jumlah warga membuat bubur yang disediakan habis dalam waktu kurang dari lima belas menit.
“Tadi berangkat dari rumah jam 1 siang. Sekalian sholat disini. Karena ketagihan pengen makan bubur suruh lagi,” ungkap Cholis, pengantri bubur.
Rasa rempahnya yang kuat dan aroma daging sapi yang khas, membuat bubur suruh menjadi salah satu buruan warga untuk berbuka puasa. “Sering mas datang kesini, rempahnya itu kuat dan rasa timur tengahnya dapat,” imbuh Saiful Adam, penikmat bubur suruh.
Pembuatan bubur suruh dilakukan sesudah sholat dhuhur. Sejumlah pengurus bergotong royong memasak bubur suruh untuk takjil buka puasa. Bubur yang lebih dikenal dengan sebutan bubur bonang ini dimasak menggunakan dua wajan besar.
Sementara bahan utamanya adalah beras, santan kelapa, tulang kambing, serta racikan bumbu khas jawa. Kaldu yang dihasilkan dari tulang kambing memberi rasa khas pada adonan bubur.
Seluruh proses memasak dilakukan secara tradisional. Mulai memarut kelapa untuk menghasilkan santan, hingga memanfaatkan kayu untuk sumber api. Setelah semuanya dimasukkan dalam wajan besar, mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian hingga bubur benar-benar matang.
Selama proses memasak, bubur harus diaduk secara terus menerus, dan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar dua jam hingga siap disajikan.
Makanan sederhana tersebut sangat ditunggu-tunggu warga sekitar. Saat pembagian dimulai, baik anak-anak hingga orang dewasa berkumpul dan rela antri demi mendapatkan sepiring bubur untuk takjil buka puasa.
Bagi penikmatnya, bubur suruh Sunan Bonang memiliki rasa khas gurih. Aroma rempah-rempah dan daging sapinya sangat terasa. Banyaknya jumlah warga membuat bubur yang disediakan habis dalam waktu kurang dari lima belas menit.
“Tadi berangkat dari rumah jam 1 siang. Sekalian sholat disini. Karena ketagihan pengen makan bubur suruh lagi,” ungkap Cholis, pengantri bubur.
Rasa rempahnya yang kuat dan aroma daging sapi yang khas, membuat bubur suruh menjadi salah satu buruan warga untuk berbuka puasa. “Sering mas datang kesini, rempahnya itu kuat dan rasa timur tengahnya dapat,” imbuh Saiful Adam, penikmat bubur suruh.
Pembuatan bubur suruh dilakukan sesudah sholat dhuhur. Sejumlah pengurus bergotong royong memasak bubur suruh untuk takjil buka puasa. Bubur yang lebih dikenal dengan sebutan bubur bonang ini dimasak menggunakan dua wajan besar.
Sementara bahan utamanya adalah beras, santan kelapa, tulang kambing, serta racikan bumbu khas jawa. Kaldu yang dihasilkan dari tulang kambing memberi rasa khas pada adonan bubur.
Seluruh proses memasak dilakukan secara tradisional. Mulai memarut kelapa untuk menghasilkan santan, hingga memanfaatkan kayu untuk sumber api. Setelah semuanya dimasukkan dalam wajan besar, mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian hingga bubur benar-benar matang.
Selama proses memasak, bubur harus diaduk secara terus menerus, dan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar dua jam hingga siap disajikan.
Menurut Muhammad Lazim, pembuat bubur, bagi-bagi takjil bubur ini merupakan tradisi untuk menyediakan takjil bagi musafir dan warga selama bulan ramadhan. Tradisi ini merupakan peninggalan sunan bonang. “Tradisi ini telah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu,” tegasnya. (dzi/rok)