LAMONGAN - Gudang Bulog Lamongan, saat ini terus menerima pasokan beras dari para petani di Kabupaten Lamongan. Hal ini menyusul adanya panen raya padi yang terjadi di wilayah lamongan dalam beberapa pekan terakhir.
Meski demikian, Pantauan JTV di gudang Bulog Lamongan, Senin (06/03/2023) jumlah beras yang masuk ke gudang bulog setempat tergolong minim. Pasalnya, sebagian besar petani lebih memilih menjual gabah mereka kepada para tengkulak.
Hal ini dilakukan setelah pemerintah menetapkan harga pokok penjualan (HPP) gabah di pasaran sebesar Rp.4.650 per kilogram. Sedangkan, harga yang ditawarkan para tengkulak lebih mahal, yakni dikisaran harga Rp.4.800 hingga Rp.5.200 per kilogramnya.
Menurut Sugeng, Pimpinan Cabang Bulog Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, Pemerintah telah menetapkan HPP gabah sebesar Rp.4.650 per kilogram. Harga tersebut diharapkan bisa menjadi tolak ukur harga jual gabah di pasaran, sehingga bisa terkendali.
“HPP dari pemerintah untuk gabah itu Rp.4.650 per kilogram. HPP ini ditentukan agar harga gabah dan beras di pasaran bisa terkontrol,” terangnya kepada JTV.
Sementara itu, para petani di Kabupaten Lamongan mengaku lebih memilih menjual gabah yang mereka panen kepada para tengkulak. Pasalnya, harga yang ditawarkan lebih tinggi.
Jika dijual kepada bulog sesuai HPP, para petani mengaku merugi. Pasalnya, biaya perawatan selama bertanam cukup tinggi akibat mahal dan langkanya pupuk di pasaran.
“Kalau petani disini, rata-rata pilih jual ke tengkulak karena harganya terpaut antara 200 sampai 550 rupiah per kilonya. Kalau dijual ke bulog rugi mas, karena kita biaya perawatannya juga tinggi akibat pupuk mahal dan langka,” tutur Saiful, petani padi di Lamongan. (fli/rok)
Meski demikian, Pantauan JTV di gudang Bulog Lamongan, Senin (06/03/2023) jumlah beras yang masuk ke gudang bulog setempat tergolong minim. Pasalnya, sebagian besar petani lebih memilih menjual gabah mereka kepada para tengkulak.
Hal ini dilakukan setelah pemerintah menetapkan harga pokok penjualan (HPP) gabah di pasaran sebesar Rp.4.650 per kilogram. Sedangkan, harga yang ditawarkan para tengkulak lebih mahal, yakni dikisaran harga Rp.4.800 hingga Rp.5.200 per kilogramnya.
Menurut Sugeng, Pimpinan Cabang Bulog Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, Pemerintah telah menetapkan HPP gabah sebesar Rp.4.650 per kilogram. Harga tersebut diharapkan bisa menjadi tolak ukur harga jual gabah di pasaran, sehingga bisa terkendali.
“HPP dari pemerintah untuk gabah itu Rp.4.650 per kilogram. HPP ini ditentukan agar harga gabah dan beras di pasaran bisa terkontrol,” terangnya kepada JTV.
Sementara itu, para petani di Kabupaten Lamongan mengaku lebih memilih menjual gabah yang mereka panen kepada para tengkulak. Pasalnya, harga yang ditawarkan lebih tinggi.
Jika dijual kepada bulog sesuai HPP, para petani mengaku merugi. Pasalnya, biaya perawatan selama bertanam cukup tinggi akibat mahal dan langkanya pupuk di pasaran.
“Kalau petani disini, rata-rata pilih jual ke tengkulak karena harganya terpaut antara 200 sampai 550 rupiah per kilonya. Kalau dijual ke bulog rugi mas, karena kita biaya perawatannya juga tinggi akibat pupuk mahal dan langka,” tutur Saiful, petani padi di Lamongan. (fli/rok)