LAMONGAN - Panen raya padi di Kabupaten Lamongan disambut lesu oleh para petani setempat. Pasalnya, harga jual gabah ditingkatan petani mendadak anjlok.
Kondisi tersebut salah satunya dirasakan para petani di Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, pada jumat (03/03/2023) pagi. Meski saat ini mereka sedang panen raya padi, namun tidak dibarengi dengan harga gabah yang sesuai.
Harga gabah yang sebelumnya laku dijual Rp.5.700 per kilogram, kini hanya laku dijual Rp.4.400 saja per kilogramnya. Kondisi ini membuat para petani merugi antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap petak lahan.
“Harganya anjlok mas. Hanya laku Rp.4.400 per kilonya. Padahal sebelumnya sampai Rp.5.700 per kilonya. Kalau gini ya rugi, kemaren sudah pupuknya mahal, sekarang malah harganya anjlok,” keluh Junaidi, petani setempat kepada JTV.
Selain pengaruh anjloknya harga gabah, biaya perawatan yang tinggi akibat mahal dan langkanya pupuk, juga menjadi faktor ruginya para petani pada musim panen tahun ini. Anehnya, di tengah anjloknya harga gabag, harga beras di pasaran justru naik.
“Anehnya itu harga gabah anjlok, tapi harga beras malah naik. Itu kan aneh. Susah ini petani,” cetus Junaidi.
Atas kondisi ini, para petani hanya bisa pasrah. Mereka berharap Pemerintah segera mengambil langkah taktis agar harga gabah di tingkatan petani bisa kembali normal. (fli/rok)
Kondisi tersebut salah satunya dirasakan para petani di Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, pada jumat (03/03/2023) pagi. Meski saat ini mereka sedang panen raya padi, namun tidak dibarengi dengan harga gabah yang sesuai.
Harga gabah yang sebelumnya laku dijual Rp.5.700 per kilogram, kini hanya laku dijual Rp.4.400 saja per kilogramnya. Kondisi ini membuat para petani merugi antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap petak lahan.
“Harganya anjlok mas. Hanya laku Rp.4.400 per kilonya. Padahal sebelumnya sampai Rp.5.700 per kilonya. Kalau gini ya rugi, kemaren sudah pupuknya mahal, sekarang malah harganya anjlok,” keluh Junaidi, petani setempat kepada JTV.
Selain pengaruh anjloknya harga gabah, biaya perawatan yang tinggi akibat mahal dan langkanya pupuk, juga menjadi faktor ruginya para petani pada musim panen tahun ini. Anehnya, di tengah anjloknya harga gabag, harga beras di pasaran justru naik.
“Anehnya itu harga gabah anjlok, tapi harga beras malah naik. Itu kan aneh. Susah ini petani,” cetus Junaidi.
Atas kondisi ini, para petani hanya bisa pasrah. Mereka berharap Pemerintah segera mengambil langkah taktis agar harga gabah di tingkatan petani bisa kembali normal. (fli/rok)