TUBAN - Pada awal runtuhnya era kerajaan Hindu Budha di pulau Jawa, Kabupaten Tuban dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama islam di bagian timur pulau Jawa. Nuansa islami kota bumi wali ini, salah satunya tertuang dalam keindahan Masjid Agung Tuban.
Masjid yang terletak di pusat pemerintahan Tuban tersebut memiliki sejarah panjang. Beberapa literatur dan jurnal ilmiah menuliskan, Masjid Agung Tuban didirikan pada hari ahad 25 muharram 1212 hijriah atau 1824 masehi. Kemudian, diresmikan pada 29 juli 1894 oleh Bupati Tuban, Raden Tumenggung Koesoemodigdo.
Pemerhati Sejarah Tuban, Mutholibin mengatakan, bukti otentik secara arkeologis pendirian Masjid Agung Tuban tertulis di atas pintu masuk masjid. Sementara peresmiannya, diabadikan dalam batu prasasti ada di pintu depan masjid.
“Masjid agung pertama kali diresmikan tahun 1894 saat Bupati Tuban dijabat Raden Tumenggung Koesoemodigdo,” terangnya kepada JTV, Rabu (29/03/2023).
Mutholibin menambahkan, Masjid Agung Tuban menjadi salah satu saksi sejarah penyebaran agama islam. Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Tuban mengalami beberapa kali renovasi karena tak bisa menampung banyak jemaah.
Renovasi dilakukan pada 1975 dan 1987 yang diresmikan Wakil Gubernur Jatim saat itu. Kemudian mengalami renovasi besar-besaran dilakukan di era Bupati Tuban, Haeny Relawati pada tahun 2004.
“Menariknya, di dalam Masjid Agung Tuban ada akulturasi budaya, mulai dari Timur Tengah, India, dan Eropa yang digabungkan bersama budaya nusantara menjadi satu kesatuan, sehingga masjid ini menjadi nampak modern dan megah,” tutupnya.
Masjid yang terletak di pusat pemerintahan Tuban tersebut memiliki sejarah panjang. Beberapa literatur dan jurnal ilmiah menuliskan, Masjid Agung Tuban didirikan pada hari ahad 25 muharram 1212 hijriah atau 1824 masehi. Kemudian, diresmikan pada 29 juli 1894 oleh Bupati Tuban, Raden Tumenggung Koesoemodigdo.
Pemerhati Sejarah Tuban, Mutholibin mengatakan, bukti otentik secara arkeologis pendirian Masjid Agung Tuban tertulis di atas pintu masuk masjid. Sementara peresmiannya, diabadikan dalam batu prasasti ada di pintu depan masjid.
“Masjid agung pertama kali diresmikan tahun 1894 saat Bupati Tuban dijabat Raden Tumenggung Koesoemodigdo,” terangnya kepada JTV, Rabu (29/03/2023).
Mutholibin menambahkan, Masjid Agung Tuban menjadi salah satu saksi sejarah penyebaran agama islam. Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Tuban mengalami beberapa kali renovasi karena tak bisa menampung banyak jemaah.
Renovasi dilakukan pada 1975 dan 1987 yang diresmikan Wakil Gubernur Jatim saat itu. Kemudian mengalami renovasi besar-besaran dilakukan di era Bupati Tuban, Haeny Relawati pada tahun 2004.
“Menariknya, di dalam Masjid Agung Tuban ada akulturasi budaya, mulai dari Timur Tengah, India, dan Eropa yang digabungkan bersama budaya nusantara menjadi satu kesatuan, sehingga masjid ini menjadi nampak modern dan megah,” tutupnya.
Keindahan Masjid Agung Tuban, layak disandingkan dengan masjid-masjid besar di seluruh penjuru nusantara. Dari kejauhan, terlihat tiga kubah besar berwarna dominan biru dan kuning, yang menjadi ciri khas. Selain itu juga terdapat enam menara menjulang tinggi, sehingga menambah indah pesona masjid.
Masjid yang terletak di barat alun-alun tuban ini memiliki dua bagian, yaitu serambi dan ruang sholat utama. Arsitektur masjid berbeda jauh dengan ciri masjid jawa, yang atapnya bersusun tiga. Terlebih polesan cat berpadu apik dengan ornamen bernafaskan islam menambah kesan mewah dan indah.
Keunikan ini membuat masjid agung tuban menjadi salah satu tujuan wisata religi. Para pelancong yang kebetulan melintasi di jalur Pantura, kerap meluangkan waktu singgah untuk menjalankan sholat sambil melepas lelah.
Selain itu, letaknya yang bersebelahan dengan komplek makam Sunan Bonang membuat Masjid Agung kerap disinggahi peziarah. Sementara warga lokal setempat, memilih menjalankan sholat 5 waktu di masjid agung lantaran suasananya mirip dengan masjid di tanah suci.
“Rumah saya lumayan jauh dari sini, tapi sholat 5 waktu disini karena suasanya mirip dengan masjid di tanah suci,” ungkap Desis Susilo, jamaah Masjid Agung Tuban.
Meski telah berulang kali mengalami renovasi, Masjid Agung Tuban tetap mempertahankan tiga bangunan peninggalan sejarah. Diantaranya berupa mihrob, menara, dan lampu hias, yang menjadi cikal bakal berdirinya masjid. (dzi/rok)
Masjid yang terletak di barat alun-alun tuban ini memiliki dua bagian, yaitu serambi dan ruang sholat utama. Arsitektur masjid berbeda jauh dengan ciri masjid jawa, yang atapnya bersusun tiga. Terlebih polesan cat berpadu apik dengan ornamen bernafaskan islam menambah kesan mewah dan indah.
Keunikan ini membuat masjid agung tuban menjadi salah satu tujuan wisata religi. Para pelancong yang kebetulan melintasi di jalur Pantura, kerap meluangkan waktu singgah untuk menjalankan sholat sambil melepas lelah.
Selain itu, letaknya yang bersebelahan dengan komplek makam Sunan Bonang membuat Masjid Agung kerap disinggahi peziarah. Sementara warga lokal setempat, memilih menjalankan sholat 5 waktu di masjid agung lantaran suasananya mirip dengan masjid di tanah suci.
“Rumah saya lumayan jauh dari sini, tapi sholat 5 waktu disini karena suasanya mirip dengan masjid di tanah suci,” ungkap Desis Susilo, jamaah Masjid Agung Tuban.
Meski telah berulang kali mengalami renovasi, Masjid Agung Tuban tetap mempertahankan tiga bangunan peninggalan sejarah. Diantaranya berupa mihrob, menara, dan lampu hias, yang menjadi cikal bakal berdirinya masjid. (dzi/rok)