BOJONEGORO - Petilasan Mbok Rondo Mori berada di Desa Mori, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Mbok Rondo Mori dikenal sebagai tokoh penyebar agama islam di wilayah setempat.
Lokasi petilasan yang ada di tengah-tengah persawahan, membuat warga yang ingin berziarah harus berjalan kaki kurang lebih sejauh 400 an meter dari pemukiman warga melalui jalan setapak. Mereka yang datang ke petilasan ini tidak hanya sekedar berdo'a, melainkan juga menjadi tujuan destinasi wisata religi serta untuk mengetahui sejarah tokoh Mbok Rondo Mori.
Sebelum memasuk ke dalam petilasan, terdapat sebuah papan kayu yang terpampang di atas pintu masuk bertuliskan aksara jawa dan huruf balok tertulis nama Nyi Dewi Ulan Sari.
Biasanya, bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke petilasan Mbok Rondo Mori terlebih dahulu diharuskan berwudhu ataupun membasuh kaki menggunakan air yang sudah di sediakan di samping petilasan. Selain itu, ada pula pepacuh ataupun larangan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung, yakni bagi perempuan yang sedang berhalangan tidak boleh masuk ke dalam petilasan.
Mbok rondo mori merupakan sebuah nama julukan sedangan nama aslinya hingga kini masih dirahasiakan. Alasannya, karena yang bersangkutan masih ada kaitannya dan dengan waliullah, serta hanya orang tertentu saja yang mengetahui nama aslinya. Alhasil, banyak masyarakat sekitar menyebut tokoh Mbok Rondo Mori dengan berbagai sebutan nama, mulai dari Dewi Namang Wulan, Dewi Wulan Sari hingga Indah Ris.
Lokasi petilasan yang ada di tengah-tengah persawahan, membuat warga yang ingin berziarah harus berjalan kaki kurang lebih sejauh 400 an meter dari pemukiman warga melalui jalan setapak. Mereka yang datang ke petilasan ini tidak hanya sekedar berdo'a, melainkan juga menjadi tujuan destinasi wisata religi serta untuk mengetahui sejarah tokoh Mbok Rondo Mori.
Sebelum memasuk ke dalam petilasan, terdapat sebuah papan kayu yang terpampang di atas pintu masuk bertuliskan aksara jawa dan huruf balok tertulis nama Nyi Dewi Ulan Sari.
Biasanya, bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke petilasan Mbok Rondo Mori terlebih dahulu diharuskan berwudhu ataupun membasuh kaki menggunakan air yang sudah di sediakan di samping petilasan. Selain itu, ada pula pepacuh ataupun larangan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung, yakni bagi perempuan yang sedang berhalangan tidak boleh masuk ke dalam petilasan.
Mbok rondo mori merupakan sebuah nama julukan sedangan nama aslinya hingga kini masih dirahasiakan. Alasannya, karena yang bersangkutan masih ada kaitannya dan dengan waliullah, serta hanya orang tertentu saja yang mengetahui nama aslinya. Alhasil, banyak masyarakat sekitar menyebut tokoh Mbok Rondo Mori dengan berbagai sebutan nama, mulai dari Dewi Namang Wulan, Dewi Wulan Sari hingga Indah Ris.
Imron, tokoh masyarakat setempat menjelaskan, lokasi petilasan mbok rondo mori dulunya digunakan untuk bertapa atau menyendiri. Mbok Rondo Mori, memiliki kaitan erat dengan cikal bakal terbentunya Desa Mori.
Imron menuturkan, sosok mbok rondo mori merupakan tokoh pada waktu zaman kerajaan Hindu Budha yang termasuk berjasa dalam menyebarkan agama islam di wilayah tersebut. “Bahkan, berdasarkan cerita, beliau merupakan keturunan waliullah seperti Sunan Bonang Tuban dan Sunan Giri Gresik,” ungkapnya kepada JTV, Senin (27/03/2023).
Biasanya, sebagian masyarakat yang akan melaksanakan ziarah ke makam wali seperti Sunan Bonang dan Sunan Giri, selalu menyempatkan diri terlebih dahulu mengunjungi petilasan Mbok Rondo Mori. Sementara petilasan Mbok Rondo Mori, pertama kali ditemukan pada masa Pemerintahan Desa Mori sebelumnya, hingga saat ini keturunan kepala desa ke 10.
“Kedatangan Mbok Rondo Mori sampai di Desa Mori untuk mensucikan diri dengan cara menyendiri atau bertapa,” tegas Imron.
Petilasan Mbok Rondo Mori dikunjungi banyak orang dan sering di gunakan masyarakat sekitar dengan menjalankan ritual nyadran, sebagai cara untuk nguri nguri budaya leluhur agar tetap ingat dengan sejarah desa.
Imron menjelaskan, sosok Mbok Rondo Mori merupakan perempuan yang sangat cantik rupawan dengan memakai pakaian jawa pada masa kerajaan. “Dan selalu mengenakan seledang berwarna hijau. Selain itu menurut masyarakat terdahulu, selendang yang dikenakan oleh Mbok Rondo Mori memiliki keberkahan,” jelasnya.
Hingga kini banyak sebagian orang mengunjungi petilasan Mbok Rondo Mori mereka yang datang tidak hanya untuk berdo'a, melainkan juga sebagai tujuan destinasi wisata religi, serta untuk mengetahui silsisah sejarah Mbok Rondo Mori. (edo/rok)
Imron menuturkan, sosok mbok rondo mori merupakan tokoh pada waktu zaman kerajaan Hindu Budha yang termasuk berjasa dalam menyebarkan agama islam di wilayah tersebut. “Bahkan, berdasarkan cerita, beliau merupakan keturunan waliullah seperti Sunan Bonang Tuban dan Sunan Giri Gresik,” ungkapnya kepada JTV, Senin (27/03/2023).
Biasanya, sebagian masyarakat yang akan melaksanakan ziarah ke makam wali seperti Sunan Bonang dan Sunan Giri, selalu menyempatkan diri terlebih dahulu mengunjungi petilasan Mbok Rondo Mori. Sementara petilasan Mbok Rondo Mori, pertama kali ditemukan pada masa Pemerintahan Desa Mori sebelumnya, hingga saat ini keturunan kepala desa ke 10.
“Kedatangan Mbok Rondo Mori sampai di Desa Mori untuk mensucikan diri dengan cara menyendiri atau bertapa,” tegas Imron.
Petilasan Mbok Rondo Mori dikunjungi banyak orang dan sering di gunakan masyarakat sekitar dengan menjalankan ritual nyadran, sebagai cara untuk nguri nguri budaya leluhur agar tetap ingat dengan sejarah desa.
Imron menjelaskan, sosok Mbok Rondo Mori merupakan perempuan yang sangat cantik rupawan dengan memakai pakaian jawa pada masa kerajaan. “Dan selalu mengenakan seledang berwarna hijau. Selain itu menurut masyarakat terdahulu, selendang yang dikenakan oleh Mbok Rondo Mori memiliki keberkahan,” jelasnya.
Hingga kini banyak sebagian orang mengunjungi petilasan Mbok Rondo Mori mereka yang datang tidak hanya untuk berdo'a, melainkan juga sebagai tujuan destinasi wisata religi, serta untuk mengetahui silsisah sejarah Mbok Rondo Mori. (edo/rok)