JOMBANG - Suara pukulan tempaan besi terdengar keras di Desa Pucangsimo, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang. Dentuman yang terdengar hingga radius 500 meter tersebut berasal dari bengkel pande besi tradisional milik Rojikan, 64 tahun. Empat orang sekaligus memukup besi yang membara secara bergantian.
Lempengan besi yang dibakar hingga membara, kemudian dipukul secara bergantian dengan membentuk sebilah sabit. Maklum, garapan pande ini hanya melayani pembuatan alat pertanian. Setiap sabit harus dibentuk hingga bagus dengan cara dipukul dengan martil beberapa kali.
Usai terbentuk baru dihaluskan dengan alat gerinda, kemudian ditajamkan dengan besi penajam. Untuk menjadi sabit yang telah siap digunakan, dibuatlah gagang dari kayu yang juga dibuat sendiri. Harga sabit ini cukup tinggi, 120 ribu rupiah per bilah.
Rojikan menjadi perajin pande besi telah lebih dari 20 tahun. Hingga saat ini, ia tidak pernah merubah proses produksinya. Alasan Rojikan, mutu sabit yang dihasilkan lebih bagus dari pada produksi mesin.
“Karena waktu produksinya lama, kapasitas produksi disini hanya 20 bilah sabit sehari dengan 4 orang pekerja,” ungkapnya kepada JTV, Rabu (14/06/2023).
Sementara itu, Kades Pucangsimo, Muhammad Shoni mengatakan, perajin pandai besi rojikan merupakan salah satu dari 5 perajin yang masih bertahan menggunakan peralatan tradisional di desa pucangsimo. Sekitar 10 perajin lainnya kini telah beralih menggunakan mesin.
“Kami telah mengupayakan bantuan modal kerja bagi perajin pande besi tradisional tersebut. Berbagai persyaratan juga telah dipenuhi, namun hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah,” jelas Kades Pucangsimo.
Sekedar diketahui, Desa Pucangsimo menjadi sentra kerajinan pande besi di Kabupaten Jombang. Rata-rata perajin mewarisinya dari para leluhurnya. Hasil produksinya aneka kebutuhan berbahan besi, seperti sabit, pisau, kapak, linggis dan sebagainya, dikirim ke sejumlah daerah di Indonesia. (ful/rok)
Lempengan besi yang dibakar hingga membara, kemudian dipukul secara bergantian dengan membentuk sebilah sabit. Maklum, garapan pande ini hanya melayani pembuatan alat pertanian. Setiap sabit harus dibentuk hingga bagus dengan cara dipukul dengan martil beberapa kali.
Usai terbentuk baru dihaluskan dengan alat gerinda, kemudian ditajamkan dengan besi penajam. Untuk menjadi sabit yang telah siap digunakan, dibuatlah gagang dari kayu yang juga dibuat sendiri. Harga sabit ini cukup tinggi, 120 ribu rupiah per bilah.
Rojikan menjadi perajin pande besi telah lebih dari 20 tahun. Hingga saat ini, ia tidak pernah merubah proses produksinya. Alasan Rojikan, mutu sabit yang dihasilkan lebih bagus dari pada produksi mesin.
“Karena waktu produksinya lama, kapasitas produksi disini hanya 20 bilah sabit sehari dengan 4 orang pekerja,” ungkapnya kepada JTV, Rabu (14/06/2023).
Sementara itu, Kades Pucangsimo, Muhammad Shoni mengatakan, perajin pandai besi rojikan merupakan salah satu dari 5 perajin yang masih bertahan menggunakan peralatan tradisional di desa pucangsimo. Sekitar 10 perajin lainnya kini telah beralih menggunakan mesin.
“Kami telah mengupayakan bantuan modal kerja bagi perajin pande besi tradisional tersebut. Berbagai persyaratan juga telah dipenuhi, namun hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah,” jelas Kades Pucangsimo.
Sekedar diketahui, Desa Pucangsimo menjadi sentra kerajinan pande besi di Kabupaten Jombang. Rata-rata perajin mewarisinya dari para leluhurnya. Hasil produksinya aneka kebutuhan berbahan besi, seperti sabit, pisau, kapak, linggis dan sebagainya, dikirim ke sejumlah daerah di Indonesia. (ful/rok)
Ikuti berita terkini JTV Bojonegoro di Google News